(Dimuat di Koran Republika, 30 September 2021)
Melonjaknya
harga jagung sebagai komponen utama pakan membuat peternak unggas menjerit. Hal
ini terutama terjadi pada peternak unggas mandiri dengan modal yang terbatas. Lonjakan
harga jagung ini secara teori sangat erat kaitannya dengan permintaan dan
penawaran jagung di pasar. Dari sisi penawaran, kamenterian pertanian
menyatakan stok jagung tersedia sebanyak 2,37 juta ton sebagaimana yang
disampaikan kepada komisi IV DPR RI. Dari sinilah kemudian dipertanyakan
keabsahan dari data produksi jagung nasional oleh legislatif.
Kementerian perdagangan pun mempertanyakan keberadaan stok jagung 2,37 juta ton tersebut. Secara teori, dengan stok/penawaran yang cukup maka harga jagung tidak akan sampai melonjak hingga di atas enam ribu rupiah per kilogram. Untuk menjawab keraguan tersebut, kementerian pertanian mengungkapkan adanya masalah dalam distribusi jagung yang tidak lancar hingga mengakibatkan kenaikan harga jagung.
Data
produksi jagung nasional berasal dari satu sumber yaitu Kementerian Pertanian.
Menurut laporan tahunan Kementan, produksi jagung dalam tiga tahun terakhir
mengalami peningkatan dari 21,65 juta ton pada tahun 2018 menjadi 25,18 juta
ton pada tahun 2020. Dengan produksi jagung tersebut, seharusnya kebutuhan
jagung dalam negeri terpenuhi. Produksi jagung ini dihitung berdasarkan laporan
luas panen dan produktivitas jagung per hektar. Dengan demikian luas panen
menjadi salah satu yang sangat krusial dalam akurasi data produksi jagung,
Jika
untuk produksi padi nasional sudah merujuk pada satu data luas panen hasil
estimasi dari survei Kerangka Sampel Area (KSA), harapannya untuk produksi
jagung bisa memanfaatkan metode yang sama dengan penyesuaian. KSA merupakan
inovasi dari BPPT dan BPS untuk mengestimasi luas panen dengan memanfaatkan citra
satelit dan data dari pemetaan radar. Secara empiris penggunaan metode KSA
mampu meningkatkan akurasi data produksi padi dibandingkan dengan penghitungan
luas panen berdasarkan eye estimate yang sebelumnya dilakukan. Adapun penggunaan
KSA untuk mengestimasi luas panen jagung sudah diujicoba oleh BPS sejak tahun
2019, namun belum dimanfaatkan dalam penghitungan produksi jagung nasional.
Berbicara
data jagung sebenarnya tidak cukup hanya data produksi saja, namun harus
didukung data kebutuhan jagung nasional. Data produksi yang sudah akurat tanpa
diimbangi dengan data kebutuhan riil, maka akan berisiko menimbulkan ketidaktepatan
dalam menghitung stok/persediaan jagung. Yang tidak kita inginkan apabila data
produksi jagung over estimate sehingga membuat pemerintah over
convidence dengan membatasi impor jagung. Sedangkan kenyataan di lapangan bisa
jadi peternak kesulitan memperoleh jagung atau mendapatkannya namun dengan
harga yang tinggi. Padahal apabila kebutuhan jagung ternyata lebih besar dari
kapasitas produksi dalam negeri, maka impor bisa menjadi salah satu solusi
jangka pendek demi mengamankan stok sekaligus menjaga kestabilan harga jagung
di pasar. Solusi jangka panjangnya tentu dengan meningkatkan produksi jagung
untuk mencukupi kebutuhan dalam negeri.
Stabilitias
harga jagung menjadi sangat penting karena harga jagung yang meningkat akan
menaikkan biaya produksi usaha peternakan unggas dan mengurangi
keuntungan/pendapatan peternak. Jagung merupakan komponen utama dalam pakan
ternak. Berdasarkan publikasi statistik perusahaan unggas oleh BPS tahun 2020,
pengeluaran terbesar perusahaan peternakan unggas adalah untuk pakan dengan
proporsi mencapai 65,36 persen. Pada usaha peternakan unggas level rumah tangga
pun, pengeluaran untuk pakan mencapai 56,96 persen untuk ayam pedaging dan
71,71 persen untuk ayam petelur.
Kenaikan
biaya produksi tanpa diimbangi oleh kenaikan harga jual produk peternakan, maka
hanya kerugian yang diperoleh peternak. Melihat nilai tukar usaha peternakan,
untuk indeks yang diterima peternak unggas mengalami penurunan dari Mei
(108,61) hingga Agustus 2021 (103,43). Hal ini mengindikasikan bahwa harga produk
peternakan unggas mengalami penurunan dalam tiga bulan terakhir. Pada sisi yang
lain, biaya yang harus dibayar oleh peternak mengalami peningkatan. Hal inilah
yang kemudian menyebabkan nilai tukar usaha peternakan mengalami penurunan.
Dalam
menghitung kebutuhan jagung nasional tidak terlepas data usaha peternakan
unggas di Indonesia. Untuk peternakan unggas berbentuk perusahaan, BPS telah melakukan
pendataan setiap tahun. Pada tahun 2020 jumlah perusahaan peternakan unggas
sebanayak 397 usaha atau mengalami penurunan jika dibandingkan dengan tahun
2019 yang mencapai 400 perusahaan. Penurunan perusahaan peternakan unggas ini
terjadi pada perusahaan yang berbentuk PT/CV/Firma sebanyak delapan perusahaan
dan yang berbentuk yayasan berkurang tiga usaha. Dalam pendataan ini mencakup
jumlah produksi, faktor produksi termasuk di dalamnya jumlah pakan, dan tenaga
kerja yang digunakan. Laporan perusahaan ternak unggas yang rutin dikumpulkan
setiap tahun ini bisa dimanfaatkan untuk mengestimasi kebutuhan pakan nasional.
Untuk
pendataan tingkat peternak mandiri atau usaha ternak rakyat perlu menggandeng
asosiasi peternak unggas mandiri seperti Pinsar Indonesia (Perhimpunan Insan
Perunggasan Rakyat), Himpuli (Himpunan Peternak Unggas Lokal Indonesia), Gopan
(Gabungan Peternak Ayam Nasional), dan lain-lain. Database usaha
peternakan ini sangat diperlukan sebagai dasar dalam pengambilan kebijakan
nasional terkait pakan maupun produksi pangan.
Usaha peternakan unggas sangat dinamis, maka pemutakhiran data peternak beserta kebutuhan pakan dan produksinya menjadi sangat penting. Data ini juga akan berguna untuk mengestimasi kebutuhan pakan atau jagung setiap tahun termasuk estimasi produk peternakan seperti telur dan daging ayam ras.
Penghitungan kebutuhan jagung dengan pendekatan usaha peternakan ini lebih menggambarkan kebutuhan menurut wilayah dibandingkan dengan pendekatan kebutuhan industri pakan ternak. Database usaha ternak ini dapat digunakan untuk memetakan potensi/sentra usaha peternakan unggas nasional dan kebutuhan pakan/jagung menurut wilayah wilayah. Memetakan sentra produksi jagung dan kebutuhan jagung menurut wilayah akan berguna untuk menghindari distribusi yang tidak merata dan menjaga stabilitas harga jagung di pasar.
terimakasih mbak. saya baru menemukan blog ini, dan sangat bermanfaat. izin iku follow
BalasHapusTerima kasih, semoga bermanfaat.
Hapus