(Dimuat di Koran Republika, 17 Juli 2020)
Berdasarkan rilis BPS terbaru, pandemi
Covid-19 yang menimpa Indonesia mengakibatkan kenaikan jumlah penduduk miskin
pada Maret 2020 hingga 1,63 juta orang. Tingkat kemiskinan di Indonesia
meningkat dari 9,22 persen menjadi 9,78 persen dalam waktu enam bulan. Tidak
hanya jumlah penduduk miskin yang meningkat, namun kemiskinan di Indonesia juga
semakin parah dan dalam. Kenyataan ini menyentak perhatian pemerintah, mengingat
pandemi covid-19 saat itu baru berlangsung satu bulan di Bulan Maret. Perlu
upaya perlindungan sosial berkelanjutan untuk menjaga kesejahteraan penduduk dalam
menghadapi segala kemungkinan di masa yang akan datang.
Pandemi Covid-19 memberikan dampak paling
besar di perkotaan. Hal ini ditunjukkan dengan peningkatan jumlah penduduk
miskin di perkotaan yang mencapai 1,3 juta orang, sedangkan di perdesaan 333,9
ribu orang. Dampak lebih besar di perkotaan terjadi
karena penduduk kota menggantungkan hidupnya pada sektor industri pengolahan, transportasi, perdagangan, penyediaan
makan minum, dan jasa. Sektor tersebut terkena dampak paling besar ketika terjadi guncangan ekonomi akibat
pandemi.
Selain itu, kebutuhan hidup dan garis kemiskinan di perkotaan lebih tinggi jika dibandingkan dengan perdesaan. Terlebih lagi bagi perantau dengan tempat tinggal yang masih menyewa/mengontrak. Di kota besar seperti DKI Jakarta, penduduk yang tinggal di rumah
sewa/kontrak mencapai 36,36 persen.
Pandemi covid-19 juga menghantam
sektor informal di Indonesia, padahal banyak penduduk rentan miskin yang
bekerja pada sektor ini. Penduduk rentan miskin di Indonesia pada Maret 2019
mencapai 19,91 juta orang dengan 61,03 persen bekerja pada sektor informal.
Bahkan untuk perkotaan seperti DKI Jakarta, penduduk hampir miskin yang bekerja
pada sektor informal mencapai 75 persen. Kelompok hampir miskin bekerja sebagai
ojek online, pedagang kaki lima, penyedia makan dan minum pada skala mikro yang
semua terdampak oleh pandemi covid-19.
Pandemi covid-19 mengakibatkan kenaikan
tingkat kemiskinan di hampir seluruh provinsi di Indonesia. Kenaikan terbesar
terjadi di Pulau Jawa dengan peningkatan tertinggi tingkat kemiskinannya
terjadi di DKI Jakarta yaitu sebesar 1,11
persen poin. Demikian juga dengan ketimpangan pengeluaran di DKI Jakarta meningkat
paling tinggi dibanding provinsi lain di Indonesia. Ketimpangan semakin lebar
karena pengeluaran pada kelompok ekonomi bawah lebih cepat penurunannya dibanding
dengan kelompok ekonomi atas. Akibatnya DKI Jakarta tidak lagi menduduki peringkat
kemiskinan terendah di Indonesia. Saat ini posisi tersebut digantikan oleh Provinsi
Bali dengan tingkat kemiskinan 3,78 persen.
Capaian Penurunan Kemiskinan di Indonesia
Pandemi covid-19 ini telah menorehkan
sejarah dalam upaya penurunan kemiskinan di Indonesia. Dalam 50 tahun terakhir
tingkat kemiskinan di Indonesia mengalami penurunan dari 60 persen pada tahun
1970 menjadi 9,78 persen pada tahun 2020. Sebelumnya tingkat kemiskinan di
Indonesia pernah mengalami peningkatan cukup tinggi pada tahun 1998 dan 2005.
Kenaikan jumlah penduduk miskin pada
tahun 1998 disebabkan oleh krisis moneter yang mengakibatkan jumlah penduduk
miskin melonjak hingga 49,50 juta orang atau meningkat 15,49 juta jika dibandingkan
tahun 1996. Kondisi perekonomian tahun 1998 mengalami pertumbuhan minus 13,68 persen. Demikian juga dengan
Inflasi yang mencapai 77,63 persen dengan inflasi tertinggi pada kelompok bahan
makanan sebesar 118,37 persen. Ini merupakan inflasi tertinggi dalam sejarah
Indonesia.
Tingkat kemiskinan tahun 1998
mencapai 24,20 persen, kemudian mengalami penurunan hingga mencapai 15,97
persen pada tahun 2005. Namun, hasil penghitungan tahun 2006 jumlah penduduk
miskin mengalami kenaikan 4,2 juta orang menjadi 39,30 juta jiwa. Kenaikan
jumlah penduduk miskin tahun 2006 ini dikarenakan kenaikan harga beras dan BBM
yang memicu inflasi hingga 17,11 persen.
Krisis dalam berbagai bentuk dan
penyebabnya akan terus berulang di masa yang akan datang. Pandemi maupun bencana
alam akan terjadi tanpa dapat diprediksi sebelumnya, apalagi Indonesia sebagai
salah satu supermarket bencana di dunia. Oleh karena itu sangat perlu membangun
kesiapan untuk menjaga tingkat kesejahteraan penduduk Indonesia. salah satunya
dengan perlindungan
sosial berkelanjutan yang sesuai dengan kondisi dan kebutuhan penduduk miskin.
Tidak hanya penduduk miskin, namun
juga kelompok hampir miskin dan rentan miskin lainnya perlu dianalisis mendalam
berdasarkan karakteristik sosial ekonominya. Hal ini penting supaya ketika
terjadi pandemi, bencana, maupun krisis ekonomi secara mendadak maka
penyelamatan diutamakan pada kelompok miskin dan hampir miskin ini.
Untuk itu, verifikasi dan validasi
penduduk miskin harus rutin dilakukan sebagai database yang kokoh dan
antisipasi ketika terjadi krisis secara tiba-tiba. Kebijakan akan bisa cepat
diambil tanpa adanya tumpeng tindih data maupun terlewat dalam penerimaan
bantuan. Demikian juga keterlambatan penyaluran bantuan dapat dihindarkan sehingga
dampak negatif yang dapat menurunkan kesejahteraan penduduk bisa diminimalkan.
Untuk diperkotaan yang mengalami
dampak terbesar dalam setiap krisis ekonomi, perlu upaya meningkatkan kesadaran
masyarakat untuk memutakhirkan data kependudukan di wilayah setempat. Hal ini
penting untuk memetakan kondisi sosial ekonomi penduduk, sehingga ketika
terjadi krisis serupa, kebijakan lebih cepat diambil tanpa ada penduduk miskin
yang tertinggalkan.
Selain itu sektor pertanian harus
diperkuat karena terbukti menjadi tulang punggung saat sektor ekonomi lain
tidak mampu bertahan dihantam krisis ekonomi.
Pada krisis 1998 pertumbuhan ekonomi minus 13, 68 persen dengan semua sektor ekonomi mengalami pertumbuhan negatif kecuali pertanian yang
masih mampu tumbuh 0,2 persen. Pangan menjadi kebutuhan utama penduduk, terutama
di masa krisis ketika semua produsen pangan membatasi ekspor pangannya. Dengan
jumlah penduduk 268 juta jiwa, tentunya Indonesia harus mampu memproduksi
pangan untuk mencukupi kebutuhan seluruh penduduknya.
Apalagi sektor pertanian ternyata
masih menjadi kantung kemiskinan di Indonesia. Sebanyak 49,41 persen rumah
tangga miskin di Indonesia manggantungkan hidupnya pada sektor ini. Memberikan
perhatian terhadap produktivitas pertanian dan harga komoditas di tingkat petani,
akan meningkatkan kesejahteraan petani yang pada akhirnya akan mengurangi
jumlah penduduk miskin di Indonesia.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar