![]() |
sumber foto: ayokuliah.id |
Setiap tahun ketika satu per satu teman seangkatan sudah melanjutkan
kuliah lagi ada rasa ikut senang dan berharap suatu saat aku bisa menyusulnya. Memelihara
semangat untuk bisa sekolah lagi di sela-sela hamil melahirkan menyusui, hamil
melahirkan menyusui, hamil melahirkan menyusui, hamil melahirkan menyusui, dan
hamil melahirkan menyusui (aku ulang 5 kali karena anaknya 5), terus aku lakukan dengan berharap suatu saat bisa sekolah lagi. Entah kapan waktunya.
Trus menyesal gitu nikah muda? Ya enggak dooooong, hahahaha.. Itulah yang sering terjadi pada kita, eh aku maksudnya. Terkadang terlalu sibuk dengan target yang belum dicapai, tapi lupa mensyukuri apa yang sudah kita peroleh. Alhamdulillah dikaruniai lima anak yang sholeh dan sholihah (insyaallah, aamiin Ya Allah), yang bisa jadi di-irikan oleh orang lain. Alhamdulillah dimudahkan menulis opini hingga 107, yang bisa jadi juga diinginkan oleh orang lain. Nah..
Trus menyesal gitu nikah muda? Ya enggak dooooong, hahahaha.. Itulah yang sering terjadi pada kita, eh aku maksudnya. Terkadang terlalu sibuk dengan target yang belum dicapai, tapi lupa mensyukuri apa yang sudah kita peroleh. Alhamdulillah dikaruniai lima anak yang sholeh dan sholihah (insyaallah, aamiin Ya Allah), yang bisa jadi di-irikan oleh orang lain. Alhamdulillah dimudahkan menulis opini hingga 107, yang bisa jadi juga diinginkan oleh orang lain. Nah..
Delapan tahun di Timika, 5 tahun di Kota Serang tidak memungkinkan
untuk kuliah dalam kota, dengan beasiswa. Karena di dua kota tersebut tidak ada
kampus yang menyediakan beasiswa APBN BPS maupun Bappenas. Kenapa ga keluar
kota saja? Toh banyak juga ibu2 yang kuliah lagi dengan membawa anak-anaknya. Mereka
juga bisa. Si ini bawa 4 anaknya, si anu bahkan sampai hamil dan melahirkan
pada waktu kuliah. Terus terang aku akui mereka adalah ibu-ibu yang hebatt,
luar biasa.
Bagiku, eh bagi kami ding karena sudah berkeluarga dengan 5 anak,
hihihihi.. Bukan soal bisa atau tidak bisa, tapi karena komitmen kami untuk
selalu bersama kemanapun dan dimanapun. Selama masih bisa diusahakan tentunya. Setiap
keluarga tentu memiliki kebutuhan dan prioritas yang berbeda-beda. Dan perkara
kuliah ini adalah sesuatu yang bisa direncanakan bukan sesuatu yang mendadak tiba-tiba
seperti dapat undian berhadiah dan sebagainya.
Bahkan ketika motivasi dari teman-teman itu semakin kuat untuk segera
kuliah lagi, jurus pamungkasku adalah insyaallah aku akan kuliah lagi (dengan
beasiswa). Namun dengan syarat yaitu jika Allah manaqdirkanku pindah ke kota yang ada kampus
penerima beasiswa APBN BPS maupun Bappenas. Hei kawan, masih ingatkah dialog
ituh?
Belum bisa kuliah lagi itu pulalah yang mendorongku untuk menulis
opini di media. Supaya pengetahuan bisa bertambah, supaya ada yang bisa aku hasilkan
meskipun belum bisa kuliah lagi. Dan suami pun sangat paham, betapa besar
keinginanku untuk bisa kuliah lagi, dengan beasiswa. Beberapa kali beliau menawari
untuk kuliah di kampus negeri dalam kota, tidak dengan beasiswa. Aku tidak mau,
aku mau kuliah lagi dengan beasiswa, Teteupp ya keukeuh dengan beasiswa. Aku mikirnya
kalau mau kuliah lagi bayar sendiri, itu masih bisa nanti ketika umur sudah melewati
batas penerima beasiswa S2, yaitu 37 tahun.
Semakin bertambah usia melewati umur 35 tahun, pada akhirnya
terucap, jika akhirnya tidak kesampaian bisa kuliah lagi (dengan beasiswa teuteup)
sampai dengan pensiun nanti tidak akan pernah aku sesali. Kerelaan atas konsekuensi
dari setiap pilihan inilah yang menjadikan hati lebih ringan, maaf jika sok
bijak ya teman.
Hingga pada akhirnya, suami bermaksud pindah lagi ke Jawa Timur agar
lebih dekat dengan orang tuanya di Madiun. Pilihan paling dekat adalah Stasiun
Meteorologi Juanda Surabaya atau Stasiun Meteorologi Tuban. Diajukanlah dua pilihan
tersebut. Daaaaaan tenyata saudara-saudara, suami ditawarinya ke stasiun
Klimatologi Karangploso, Malang. Sebuah tempat yang tidak ada sama sekali dalam
pembahasan kami sebelumnya. Padahal semua pegawai BMKG se Indonesia Raya juga
tahu kalau mau pindah ke Staklim Malang itu susah pakai bangett, buanyakkk yang
ngantri, pokoknya favorit banget ini Malang. Dan alhamdulillah mertua juga tidak
keberatan kami pindah ke Malang, sing penting sudah di Jawa Timur katanya. Hhhmm
begitulah orang tua.
Dengan pindahnya suami ke Malang inilah yang membangkitkan semangatku untuk kuliah lagi (dengan beasiswa). Pilihannya ke Ilmu Ekonomi Universitas Brawijaya,
dengan beasiswa Bappenas. Bersyukur kepadaMu, ternyata Engkau antarkan kami
pindah ke Malang agar hambamu yang lemah ini bisa kuliah lagi (dengan beasiswa).
Ketika pengumuman akhir dan namaku tercatat salah satu diantaranya,
aku bilang ke suamiku; terimakasih ya mas, maafkan aku jika selama ini mengeluh
belum bisa kuliah lagi. Ternyata hanya perlu bersabar saja, karena jika Allah
sudah berkehendak maka tidak ada yang tidak mungkin bagiNya. Bahkan Allah
antarkan kami pindah sekeluarga ke Malang, agar ummi bisa kuliah lagi, di umur
yang tidak lagi muda. Di umur 37 tahun kurang 2 bulan, akhirnya ummi bisa
sekolah lagi, dengan beasiswa, dengan teman sekelas kelahiran tahun 1992. Alhamdulillah
aku bisa belajar dari anak-anak muda nantinya.
Jadi, jalani peranmu dengan sepenuh hati. Bisa jadi jalan hidupmu
mendekati apa yang kamu cita-citakan.
Trus bagaimana mbak Tas belajar TPA nya, kan susah tuh TPA
Bappenas? Apalagi sudah tidak muda lagi. Apalagi sudah turun mesin lima kali. Nantikan
di postingan selanjutnya ya gaess, kiat belajar TPA ala emak-emak…
Tidak ada komentar:
Posting Komentar