Halaman

Selasa, 16 April 2019

#87 Pola Konsumsi Di Era 4.0

Era revolusi industri 4.0 telah mengubah lanskap dunia bisnis dan pola konsumsi masyarakat yang berbasis pada teknologi digital. Ada fakta yang menarik dalam pola konsumsi makanan penduduk Indonesia saat ini. Teknologi digital telah mendorong penduduk untuk mengkonsumsi makanan jadi yang terus mengalami peningkatan dalam beberapa tahun terakhir. Bahkan partisipasi penduduk yang mengkonsumsi makanan dan minuman jadi pada tahun 2018 mencapai 99,29 persen (Susenas, 2018).
Selain itu proporsi pengeluaran untuk konsumsi makanan jadi juga mengalami peningkatan setiap tahun. Jika pada tahun 2010 konsumsi makanan jadi sebesar 24,86 persen, maka pada tahun 2018 telah melonjak menjadi 33,98 persen dari seluruh pengeluaran makanan penduduk Indonesia (BPS, 2018).

Konsumsi rumah tangga telah menjadi penyumbang terbesar dalam PDB Indonesia menurut pengeluaran yaitu sebesar 55,74 persen. Dengan peranan yang besar tersebut tidak mengherankan jika konsumsi rumah tangga telah menjadi sumber pertumbuhan ekonomi tertinggi setiap tahunnya. Bahkan pada tahun 2018 ini konsumsi rumah tangga tumbuh 5,05 persen atau tertinggi dalam 4 tahun terakhir. Tidak terkecuali konsumsi makanan yang memberikan andil 49,51 persen dari pengeluaran penduduk di Indonesia.
Konsumsi makanan akan terus meningkat, hal ini karena makanan merupakan kebutuhan dasar manusia dan jumlah penduduk yang bertambah setiap tahun. Revolusi industri 4.0 memungkinkan variasinya dan cara memperoleh makanan akan mengalami perubahan mengikuti selera dan perkembangan jaman.
Kepraktisan dan kemudahan layanan antar saat ini telah mendorong penduduk Indonesia untuk membeli makanan jadi. Demikian juga gaya hidup leisure ekonomi telah mendorong sebagian besar keluarga di Indonesia untuk mengkonsumsi makanan dan minuman jadi di luar rumah sambil menikmati kebersamaan, hiburan, dan pengalaman.
Harus diakui bahwa fenomena tersebut lebih banyak terjadi di perkotaan, karena daya beli penduduk kota lebih tinggi daripada perdesaan. Selain itu kelengkapan fasilitas dan teknologi informasi yang ada di perkotaan juga lebih maju. Hal ini tercermin dari proporsi pengeluaran untuk makanan jadi penduduk kota sebesar 38,22 persenm sedangkan untuk penduduk desa sebesar 27,35 persen dari seluruh pengeluaran makanan.
Peluang
 Transformasi ekonomi digital memberi kesempatan yang sama bagi semua orang untuk berpartisipasi secara ekonomi. Bahkan dalam perubahan pola konsumsi masyarakat saat ini. Resolusi hidup sehat yang menggema dalam beberapa waktu terakhir tidak akan mengurangi pangsa pasar dalam bisinis makanan jadi. Justru hal tersebut merupakan peluang untuk menyediakan makanan sehat. Bahkan untuk makanan bayi pun, sekarang sudah mulai menjamur bubur bayi organik yang dijual setiap pagi di banyak daerah di Indonesia. Demikian juga dengan katering yang melayani pemesanan makanan diet mingguan dengan spesifikasi sesuai kesehatan atau program diet pelanggannya.
Bagi ibu rumah tangga muda atau milenial yang tidak memiliki passion memasak, kegiatan memasak telah menyita waktu produktifnya. Waktu untuk memasak lebih suka diisi dengan kegiatan sesuai passion untuk aktualisasi diri seperti membaca, menulis, fotografi, desain, hingga berjualan secara daring. Dengan memanfaatkan teknologi digital, semua hobi tersebut kini bisa menghasilkan uang. Bahkan banyak keluarga milenial yang bersedia membayar lebih mahal untuk mengkonsumsi makanan jadi dengan cita rasa rumahan.
Bagaimanapun aktifitas memasak tidak hanya proses mengolah makanan saja, namun ada proses belanja, menyiapkan bahan, mengolah, hingga membersihkan peralatan dan tempat memasak. Apalagi saat ini semakin sulit untuk mendapatkan asisten rumah tangga yang bisa membantu membereskan dan membersihkan rumah.
Bukan saja upah asisten rumah tangga yang semakin tinggi, namun ketersediaannya pun semakin sulit didapat. Dengan tingkat ekonomi penduduk Indonesia yang semakin meningkat, permintaan akan asisten rumah tangga juga semakin tinggi. Sedangkan penawarannya semakin terbatas. Saat ini perempuan berpendidikan rendah sekali pun lebih suka bekerja di sektor perdagangan, akomodasi dan penyediaan makan minum dibanding menjadi asisten rumah tangga.
Pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan, akomodasi dan penyediaan makan minum yang tinggi mengakibatkan kebutuhan tenaga kerja di kedua lapangan usaha tersebut juga semakin meningkat. Ini dibuktikan oleh sektor perdagangan sebagai penyerap tenaga kerja tertinggi kedua setelah sektor pertanian.
Di sisi lain tidak sedikit milenial yang menjadikan aktivitas memasak sebagai passion yang bisa mendatangkan pendapatan dan keuntungan. Simbiosis antar masyarakat inilah yang menghadirkan peluang bisnis makanan jadi dengan cita rasa rumahan yang sehat. Terlebih di era digital seperti sekarang, membuka bisnis makanan tidak harus menyediakan dapur dan restoran yang full service. Teknologi digital telah mendorong UMKM untuk memasarkan produknya tanpa harus menyewa tempat maupun membayar pelayan. Kondisi demikian mengakibatkan banyak biaya produksi yang bisa dipangkas sehingga memungkinkan untuk menjual produk dengan harga bersaing.
Beragam kemudahan dan kepraktisan tersebut telah mendorong pertumbuhan sektor akomodasi dan penyediaan makan minum ini selalu menunjukkan trend yang positif setiap tahun. Pada tahun 2018 pertumbuhan sektor ini mencapai 5,66 persen atau lebih tinggi dari rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional. Dengan pertumbuhan tersebut, akomodasi dan penyediaan makan minum menjadi sektor yang paling banyak membuka lapangan pekerjaan baru dalam setahun terakhir (0,76 juta orang).
Dengan perubahan pola konsumsi tersebut apakah generasi milenial merupakan generasi yang malas memasak? Bisa jadi benar, karena harus diakui bahwa generasi ini lebih suka menggunakan waktu produktifnya untuk menekuni hobi dan passionnya. Sedangkan kegiatan yang bisa didelegasikan, akan dialihkan ke pihak lain dengan cara membayar barang ataupun jasa.
Demikian juga, apakah rumah tangga sekarang tidak lagi membutuhkan dapur? Tentu saja tidak. Bisa jadi ukurannya menjadi lebih minimalis. Bahkan di era teknologi informasi yang semakin luas ini, dapur bisa menjadi tempat untuk bereksperimen dan menggali ide dalam menghias rumah kemudian memamerkannya di media sosial. Aktivitas ini pun bisa mendatangkan penghasilan jika berhasil menggandeng sponsor atau pemilik produk untuk mempromosikan produknya. Perubahan pola konsumsi di era industri 4.0 ini telah menciptakan berbagai peluang bisnis yang menghasilkan keuntungan bagi siapapun yang mau menangkapnya.
(Dimuat di Koran Republika, 12 April 2019)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#138 Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas

  (Dimuat di Kolom Opini Republika, 25 November 2022) Perekonomian Indonesia mampu tumbuh mengesankan di tengah ancaman resesi global saat i...