Pembangunan desa menjadi salah satu prioritas
Pemerintah saat ini sebagaimana dinyatakan dalam Nawacita ketiga, yaitu “membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat
daerah-daerah dan desa dalam kerangka kerja negara kesatuan”. Presiden Joko
Widodo bisa bernapas lega di akhir masa jabatan pada periode lima tahun ini.
Pasalnya pembangunan desa telah menampakkan hasilnya dengan mengentaskan 6.518
desa tertinggal di Indonesia.
Hasil dari pendataan potensi
desa (Podes) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018
menunjukkan bahwa Indeks Pembangunnan Desa (IPD) tahun 2018 sebesar 59,36 atau
mengalami kenaikan 3,65 persen jika dibandingkan dengan IPD tahun 2014. Indeks
Pembangunan Desa menunjukkan perbaikan status desa. Untuk Provinsi Jawa Timur, IPD mengalami peningkatan
dari 64,55 menjadi 66,88. Dari 8.496 desa yang ada di Provinsi Jawa Timur,
terdapat 1.035 desa mandiri, 6.604 desa berkembang, dan 82 desa tertinggal.
Memberikan perhatian terhadap desa mutlak diperlukan
karena sebagian besar penduduk Indonesia masih tinggal di perdesaan. Artinya
untuk mengerek capaian perekonomian maupun pembangunan manusia secara nasional,
harus juga memperhatikan peluang dan tantangan di perdesaan, sehingga potensi
yang dimiliki desa dapat dikembangkan secara optimal.
Potensi Desa
Salah
satu potensi unggulan yang dimiliki oleh
desa/kelurahan
adalah daya tarik wisata.
Pendataan Podes 2018 mencatat bahwa ada 262
desa/kelurahan wisata di Jawa Timur. Desa/kelurahan
wisata menurut pendataan Podes 2018 adalah sebuah kawasan perdesaan yang
memiliki beberapa karakteristik khusus untuk menjadi daerah tujuan wisata.
Keberadaan desa wisata diatur/ ditetapkan dalam peraturan daerah (Perda)
setempat. Pada umumnya, penduduk di kawasan desa wisata memiliki tradisi dan
budaya yang khas, serta alam dan lingkungan yang masih terjaga.
Desa wisata telah mampu menarik wisatawan domestik
maupun mancanegara. Terlebih dengan gaya hidup milenial dan generasi Z yang
begitu gandrung dengan aktifitas leisure
economy. Liburan dengan penuh pengalaman seru hingga layak diabadikan
kemudian dibagikan di media sosial telah menjadi suatu kebutuhan saat ini.
Semua pengalaman tersebut kini menjadi sebuah kebutuhan hidup modern. Sehingga
desa sebagai wilayah yang masih menyimpan keindahan alam dan budaya harus bisa menangkap
dan memanfaatkan peluang tersebut.
Keberadaan desa wisata ini telah mampu meningkatkan
denyut perekonomian di perdesaan. Penciptaan lapangan kerja baru hingga
peningkatan pendapatan penduduk telah berjasa dalam mengurangi pengangguran dan
kemiskinan di perdesaan. Diperlukan kreatifitas dari anak muda untuk mengubah
desa menjadi tempat wisata yang menarik. Bahkan aktifitas penduduk desa pun
kini bisa menjadi daya tarik wisata apabila dikelola dengan baik. Patut kiranya
untuk melihat bagaimana Provinsi Bali dalam mengembangkan sektor pariwisatanya,
sehingga mampu menekan penduduk miskin menjadi kurang dari 4 persen atau menempati
urutan terendah kedua setelah DKI Jakarta.
Tentu setiap desa memiliki keunikan serta keragaman
baik dari adat istiadat, budaya, mata pencaharian lokal, hingga pesona alam
yang bisa dijual untuk menarik wisatawan. Namun satu yang tidak kalah penting
adalah bagaimana mempromosikan keunggulan desa melalui media sosial. Kemampuan
membranding desa ini akan sukses
apabila dikerjakan oleh tangan-tangan kreatif yang melek media digital. Oleh
karena ini pelatihan atau mengembangan SDM di wilayah perdesaan harus dilakukan
dengan memanfaatkan teknologi informasi yang semakin canggih.
Potensi desa yang lain adalah, terdapat 4.292 desa
yang memiliki produk unggulan, baik berupa makanan maupun non makanan. Produk
unngulan ini akan memberikan nilai tambah bagi penduduk desa. Hal ini karena
dengan adanya kegiatan produki, maka secara otomatis akan membuka lapangan
pekerjaan di perdesaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan
kesejahteraan penduduk.
Tantangan
Desa
Saat ini yang menjadi salah satu tantangan di desa
adalah antisipasi terhadap kejadian bencana alam yang hampir setiap tahun terjadi.
Dalam tiga tahun terakhir, terdapat 1.422 desa yang terdampak banjir, 844 desa
terdampak tanah longsor, 842 desa terdampak angin puyuh/putting beliung, 334
desa terdampak gempa bumi, dan 272 desa terdampak kekeringan. Bencana alam
tersebut memerlukan upaya mitigasi untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan. Hal
tersebut karena musibah bencana tidak hanya merenggut korban jiwa, namun juga
kerugian secara ekonomi yang besar sehingga mengurangi tingkat kesejahteraan
penduduk.
Tantangan di perdesaan yang tidak kalah penting adalah
tingkat kemiskinan yang tinggi dan produktivitas ekonomi yang rendah. Meski
tingkat pengangguran di desa lebih rendah dibandingkan perkotaan, namun
produktivitasnya juga rendah. Hal ini tercermin dari tingkat kesejahteraan
penduduk perdesaan yang lebih rendah dibandingkan dengan kesejahteraan penduduk
perkotaan. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, angka kemiskinan di
perdesaan pada September 2018 sebesar 15,21 persen, sedangkan angka kemiskinan
di perkotaan jauh lebih sedikit yaitu 6,97 persen. Celakanya lagi, angka
kemiskinan Jatim ini lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata kemiskinan
nasional yang nilainya 13,10 persen (perdesaan) dan 6,89 persen (perkotaan).
Kesulitan dalam meningkatkan kesejahteraan di
perdesaan telah mendorong penduduk desa untuk melakukan urbanisasi ke kota. Tenaga
kerja produktif termasuk anak-anak muda kreatif yang melek teknologi banyak
yang mengadu nasib ke kota, sehingga yang tersisa adalah tenaga kerja dengan
pendidikan dan kompetensi yang rendah.
Oleh karena itu membuka lebih banyak lapangan
pekerjaan di desa dengan pemberdayaan ekonomi desa
melalui desa wisata, BUMDes maupun Produk Unggulan Desa (Prukades) perlu lebih banyak dilakukan untuk menekan laju
urbanisasi. Selain itu, memindahkan industri pengolahan hasil pertanian ke desa
diyakini mampu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan penduduk perdesaan.
Harapannya potensi perdesaan di Jawa Timur akan berkembang pesat dan kesejahteraan
seluruh penduduk di Jawa Timur meningkat.
(Dimuat Di Koran Malang Post, Febrauri 2019)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar