Halaman

Selasa, 05 Maret 2019

#83 Melejitkan Potensi Desa Di Jawa TImur



Pembangunan desa menjadi salah satu prioritas Pemerintah saat ini sebagaimana dinyatakan dalam Nawacita ketiga, yaitu “membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka kerja negara kesatuan”. Presiden Joko Widodo bisa bernapas lega di akhir masa jabatan pada periode lima tahun ini. Pasalnya pembangunan desa telah menampakkan hasilnya dengan mengentaskan 6.518 desa tertinggal di Indonesia.
Hasil dari pendataan potensi desa (Podes) yang dilakukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2018 menunjukkan bahwa Indeks Pembangunnan Desa (IPD) tahun 2018 sebesar 59,36 atau mengalami kenaikan 3,65 persen jika dibandingkan dengan IPD tahun 2014. Indeks Pembangunan Desa menunjukkan perbaikan status desa. Untuk Provinsi Jawa Timur, IPD mengalami peningkatan dari 64,55 menjadi 66,88. Dari 8.496 desa yang ada di Provinsi Jawa Timur, terdapat 1.035 desa mandiri, 6.604 desa berkembang, dan 82 desa tertinggal.
Memberikan perhatian terhadap desa mutlak diperlukan karena sebagian besar penduduk Indonesia masih tinggal di perdesaan. Artinya untuk mengerek capaian perekonomian maupun pembangunan manusia secara nasional, harus juga memperhatikan peluang dan tantangan di perdesaan, sehingga potensi yang dimiliki desa dapat dikembangkan secara optimal.
Potensi Desa
Salah satu potensi unggulan yang dimiliki oleh desa/kelurahan adalah daya tarik wisata. Pendataan Podes 2018 mencatat bahwa ada 262 desa/kelurahan wisata di Jawa Timur. Desa/kelurahan wisata menurut pendataan Podes 2018 adalah sebuah kawasan perdesaan yang memiliki beberapa karakteristik khusus untuk menjadi daerah tujuan wisata. Keberadaan desa wisata diatur/ ditetapkan dalam peraturan daerah (Perda) setempat. Pada umumnya, penduduk di kawasan desa wisata memiliki tradisi dan budaya yang khas, serta alam dan lingkungan yang masih terjaga.
Desa wisata telah mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Terlebih dengan gaya hidup milenial dan generasi Z yang begitu gandrung dengan aktifitas leisure economy. Liburan dengan penuh pengalaman seru hingga layak diabadikan kemudian dibagikan di media sosial telah menjadi suatu kebutuhan saat ini. Semua pengalaman tersebut kini menjadi sebuah kebutuhan hidup modern. Sehingga desa sebagai wilayah yang masih menyimpan keindahan alam dan budaya harus bisa menangkap dan memanfaatkan peluang tersebut.
Keberadaan desa wisata ini telah mampu meningkatkan denyut perekonomian di perdesaan. Penciptaan lapangan kerja baru hingga peningkatan pendapatan penduduk telah berjasa dalam mengurangi pengangguran dan kemiskinan di perdesaan. Diperlukan kreatifitas dari anak muda untuk mengubah desa menjadi tempat wisata yang menarik. Bahkan aktifitas penduduk desa pun kini bisa menjadi daya tarik wisata apabila dikelola dengan baik. Patut kiranya untuk melihat bagaimana Provinsi Bali dalam mengembangkan sektor pariwisatanya, sehingga mampu menekan penduduk miskin menjadi kurang dari 4 persen atau menempati urutan terendah kedua setelah DKI Jakarta.
Tentu setiap desa memiliki keunikan serta keragaman baik dari adat istiadat, budaya, mata pencaharian lokal, hingga pesona alam yang bisa dijual untuk menarik wisatawan. Namun satu yang tidak kalah penting adalah bagaimana mempromosikan keunggulan desa melalui media sosial. Kemampuan membranding desa ini akan sukses apabila dikerjakan oleh tangan-tangan kreatif yang melek media digital. Oleh karena ini pelatihan atau mengembangan SDM di wilayah perdesaan harus dilakukan dengan memanfaatkan teknologi informasi yang semakin canggih.
Potensi desa yang lain adalah, terdapat 4.292 desa yang memiliki produk unggulan, baik berupa makanan maupun non makanan. Produk unngulan ini akan memberikan nilai tambah bagi penduduk desa. Hal ini karena dengan adanya kegiatan produki, maka secara otomatis akan membuka lapangan pekerjaan di perdesaan yang pada akhirnya dapat meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan penduduk.
Tantangan Desa
Saat ini yang menjadi salah satu tantangan di desa adalah antisipasi terhadap kejadian bencana alam yang hampir setiap tahun terjadi. Dalam tiga tahun terakhir, terdapat 1.422 desa yang terdampak banjir, 844 desa terdampak tanah longsor, 842 desa terdampak angin puyuh/putting beliung, 334 desa terdampak gempa bumi, dan 272 desa terdampak kekeringan. Bencana alam tersebut memerlukan upaya mitigasi untuk memperkecil dampak yang ditimbulkan. Hal tersebut karena musibah bencana tidak hanya merenggut korban jiwa, namun juga kerugian secara ekonomi yang besar sehingga mengurangi tingkat kesejahteraan penduduk.
Tantangan di perdesaan yang tidak kalah penting adalah tingkat kemiskinan yang tinggi dan produktivitas ekonomi yang rendah. Meski tingkat pengangguran di desa lebih rendah dibandingkan perkotaan, namun produktivitasnya juga rendah. Hal ini tercermin dari tingkat kesejahteraan penduduk perdesaan yang lebih rendah dibandingkan dengan kesejahteraan penduduk perkotaan. Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur mencatat, angka kemiskinan di perdesaan pada September 2018 sebesar 15,21 persen, sedangkan angka kemiskinan di perkotaan jauh lebih sedikit yaitu 6,97 persen. Celakanya lagi, angka kemiskinan Jatim ini lebih tinggi jika dibandingkan rata-rata kemiskinan nasional yang nilainya 13,10 persen (perdesaan) dan 6,89 persen (perkotaan).
Kesulitan dalam meningkatkan kesejahteraan di perdesaan telah mendorong penduduk desa untuk melakukan urbanisasi ke kota. Tenaga kerja produktif termasuk anak-anak muda kreatif yang melek teknologi banyak yang mengadu nasib ke kota, sehingga yang tersisa adalah tenaga kerja dengan pendidikan dan kompetensi yang rendah.
Oleh karena itu membuka lebih banyak lapangan pekerjaan di desa dengan pemberdayaan ekonomi desa melalui desa wisata, BUMDes maupun Produk Unggulan Desa (Prukades) perlu lebih banyak dilakukan untuk menekan laju urbanisasi. Selain itu, memindahkan industri pengolahan hasil pertanian ke desa diyakini mampu meningkatkan produktivitas dan kesejahteraan penduduk perdesaan. Harapannya potensi perdesaan di Jawa Timur akan berkembang pesat dan kesejahteraan seluruh penduduk di Jawa Timur meningkat.
(Dimuat Di Koran Malang Post, Febrauri 2019)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#138 Pertumbuhan Ekonomi Berkualitas

  (Dimuat di Kolom Opini Republika, 25 November 2022) Perekonomian Indonesia mampu tumbuh mengesankan di tengah ancaman resesi global saat i...