Perempuan memiliki arti
penting dalam kehidupan bernegara karena separuh peradaban bangsa ini diisi
oleh perempuan. Demikian juga dalam upaya-upaya pengentasan kemiskinan,
keterlibatan perempuan mutlak diperlukan.
Isu kesetaraan gender
dan pemberdayaan perempuan jangan hanya dimaknai sebagai bentuk perlawanan dan
tuntutan dari kaum perempuan. Peningkatan kualitas perempuan baik dari segi
pendidikan, kesehatan, maupun secara ekonomi menjadi sebuah keharusan. Hal ini karena
kondisi ideal tidak selamanya dapat dinikmati oleh perempuan.
Tidak dapat dipungkiri
bahwa ada sebanyak 15,07 persen perempuan berstatus sebagai kepala rumah tangga
yang disebabkan oleh perceraian maupun kematian pasangannya. Bahkan dari
seluruh rumah tangga miskin di Indonesia, ada sebanyak 16,12 persen rumah
tangga miskin yang dikepalai oleh perempuan. Kondisi inilah yang memaksa
perempuan untuk bergerak guna memenuhi kebutuhan sosial ekonomi keluarganya.
Tidak semua perempuan
harus keluar rumah untuk memasuki lapangan usaha formal. Tidak perlu juga
dibenturkan antara peran perempuan dalam keluarga dan perannya di luar rumah.
Ada peran perempuan yang tidak bisa diwakilkan dalam keluarga. Ada
tanggungjawab dalam mengasuh dan mendidik anak sebagai generasi penerus bangsa.
Bagaimanapun juga,
generasi produktif di era bonus demografi nanti tentu membutuhkan sentuhan
tangan perempuan dalam proses pendidikan karakter yang unggul. Tentu semua
menginginkan generasi penerus bangsa ini tidak hanya produkstif secara ekonomi
namun juga memiliki karakter dan nilai moral yang luhur. Proses pembentukan
tersebut lebih banyak ada di dalam keluarga sebagai pondasi pertama dan utama
dalam kehidupan bernegara.
Saat ini justru yang
harus didorong adalah penciptaan usaha informal bagi perempuan. Hal ini dimaksudkan
agar perempuan dapat aktif secara ekonomi meski sudah memasuki gerbang
pernikahan. Bagi perempuan kelas menengah atas yang melek teknologi, bekerja
dari rumah merupakan pilihan yang banyak dinikmati. Bahkan di era teknologi
informasi yang semakin canggih sekarang banyak peluang pekerjaan yang bisa
dilakukan dari rumah. Menjadi seorang programmer, desainer logo, ghost
writer, pedagang online, hingga menawarkan aneka jasa yang mampu
meningkatkan penghasilan perempuan.
Jika perempuan kelas
menengah atas lebih mudah masuk sektor usaha formal maupun informal, hal ini
karena tingkat pendidikan dan kesehatan yang lebih baik. Namun bagaimana dengan
perempuan dari kelas bawah yang pendidikan serta keterampilannya terbatas?
Tidak terkecuali bagi perempuan dari keluarga miskin di Indonesia.
Perempuan secara
fitrahnya mengandung, melahirkan, dan mengasuh anak. Mereka cenderung menjadi yang terakhir makan, yang paling
tidak mungkin mengakses layanan kesehatan, dan secara rutin terjebak dalam
tugas domestik yang memakan waktu dan tidak dibayar.
Kondisi inilah yang menjadikan perempuan merupakan pihak yang paling rentan
dalam semua dimensi kemiskinan. Terlebih jika kondisi ideal dalam keluarga
ternyata jauh panggang dari api.
Ibarat menggarami
lautan, apalah arti berbagai program pemberdayaan perempuan jika rendahnya
kapabilitas menjadikannya tidak mampu melemparkan kail yang telah disediakan
pemerintah. Peningkatan kapabilitas ini menjadi sebuah syarat bagi perempuan
untuk keluar dari ketidakberdayaannya. Peningkatan kapabilitas ini bisa
dilakukan dengan meningkatkan kualitas kesehatan dan pendidikan perempuan.
Hal ini bukan tanpa
suatu alasan, mengingat tingkat kemiskinan di Indonesia masih stagnan pada
angka 10 persen dalam tiga terakhir. Seolah berbagai upaya pengentasan
kemiskinan yang telah dilakukan pemerintah tidak berpengaruh besar dalam
menurunkan angka kemiskinan. Bahkan keterlambatan dalam penyaluran beras
sejahtera (rastra) bisa meningkatkan jumlah penduduk miskin, sebagaimana yang
terjadi pada Bulan Maret 2017.
Mungkin ada satu yang
kurang dalam upaya pengentasan kemiskinan tersebut yaitu pada keterlibatan
perempuan. Perempuan berperan besar dalam alokasi pengeluaran rumah tangga
miskin. Berdasarkan penelitian yang dilakukan di Amerika Latin, bantuan tunai
yang disalurkan kepada perempuan telah terbukti meningkatkan alokasi pengeluaran
untuk anak-anak dan berpotensi mengurangi pengeluaran untuk alkohol dan
tembakau.
Bagi indonesia ini bisa
menjadi sebuah pelajaran, mengingat pengeluaran rokok pada keluarga miskin
menempati urutan kedua terbesar setelah beras. Pengeluaran untuk rokok penduduk
miskin di pedesaan mencapai 10,70 persen atau jauh melampaui pengeluaran untuk
sumber protein sederhana seperti tahu dan tempe. Bukan rahasia umum jika
konsumsi rokok akan menurunkan kualitas kesehatan yang berakibat menurunkan
produktifitas secara ekonomi.
Oleh karena itu, apapun bentuk bantuannya yang sifatnya tunai, bisa disalurkan kepada perempuan. Contoh program sosial yang penyalurannya sudah melalui perempuan adalah Program Keluarga Harapan (PKH). Sebuah langkah yang tepat jika tahun 2018 ini pemerintah menambah jumlah penerima PKH hingga 10 juta keluarga.
Pengalihan lebih banyak sumber daya kepada perempuan akan meningkatkan derajat kapabilitas perempuan dan anak-anak di keluarga miskin. Dengan meningkatnya pengetahuan dan kesehatan perempuan, diharapkan mampu membawa keluarga miskin keluar dari kemiskinannya. Demikian juga dengan kualitas kesehatan dan pendidikan yang semakin baik, harapannya anak-anak dari keluarga miskin ini kelak tidak mewarisi kemiskinan orang tuanya.
Pengalihan lebih banyak sumber daya kepada perempuan akan meningkatkan derajat kapabilitas perempuan dan anak-anak di keluarga miskin. Dengan meningkatnya pengetahuan dan kesehatan perempuan, diharapkan mampu membawa keluarga miskin keluar dari kemiskinannya. Demikian juga dengan kualitas kesehatan dan pendidikan yang semakin baik, harapannya anak-anak dari keluarga miskin ini kelak tidak mewarisi kemiskinan orang tuanya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar