Menulis
itu bisa karena biasa. Tidak ada rumusnya selain dengan terus menulis. Demikian
juga ketika menulis opini. Jika selama ini saya lebih banyak menggunakan otak
kiri, mulai sekarang lagi mencoba untuk mengoptimalkan otak kanan.
Contohnya
gimana sih otak kiri-kanan? Misal nih apa yang akan kamu katakan kalo saya
minta kamu bercerita tentang mangga. Otak kiri akan mengatakan kalo mangga itu
buah yang manis. Warnanya hijau, bentuknya ada yang bulat ada juga yang
lonjong. Jenis mangga ada bermacam-macam, ada mangga arum manis, mangga manalagi,
mangga gedong, dan lain-lain. Daun mangga berwarna hijau. Dan deskripsi tentang
mangga lainnya.
Otak
kanan akan menceritakan hal yang berbeda. Mangga adalah buah yang mahal bagi
saya. Di kampung saya jarang sekali pohon mangga yang bisa tumbuh dengan baik,
bahkan bisa dibilang tidak ada sama sekali. Mungkin karena kampung kami ada di
daerah pegunungan, sehingga tidak cocok dengan pohon mangga. Kalopun ada paling
mangga kuweni atau di kampung kami menyebutnya buah pakel. Untuk bisa makan
mangga kami biasa membelinya di pasar Salaman yang letaknya agak sedikit kota, dipinggir
jalan raya Purwokerto Semarang. Harganyapun tentu lebih mahal jika dibandingkan
dengan buah yang lain seperti rambutan atau jeruk. Ini karena buah mangga tadi diimpor
dari luar daerah. Berbeda dengan di Madiun, kampung asal suami. Disana buah mangga
sangat murah sekali. Hal ini karena mangga bisa tumbuh dengan baik disana,
bahkan hampir tiap rumah menanam pohon mangga.
Dari
dua cerita di atas jelas sekali bedanya kan? Meski kedua cerita tadi
membicarakan tentang mangga, namun pada cerita pertama lebih mengungkapkan
deskripsi tentang mangga, sedangkan cerita kedua menceritakan ada apa di balik
mangga.
Demikian
juga ketika kita menulis tentang angka-angka statistik. Di publikasi Statistik kita
lebih banyak berbicara tentang angka tersebut, naik turun berapa persen, lebih
rendah lebih tinggi dan sebagainya. Sedangkan di karya tulis ilmiah populer
a.k.a opini kita diminta bercerita tentang informasi yang ada dibalik angka
tadi dan keterkaitannya dengan fenomena sekarang.
Trus
gimana dong supaya kita dapet ide untuk menulis?
Kalo
saya lebih suka baca berita daripada baca fb. Dari berita tersebut apa sih yang
lagi kekinian, topik apa sih yang lagi nge-hits? Nah dari situlah saya biasa
dapat ide untuk ditulis. Biasanya kalau ada informasi yang menarik akan saya
simpan atau skrinsut dulu. Sambil selanjutnya nyari-nyari angka BPS yang
terkait dengan tema tersebut.
Nulisnya
kapan? Kan senin-jumat kerja.
Saya
biasa nulisnya di hari Sabtu atau Minggu pagi sampai jam 9an karena kalau di
hari kerja udah rempong dan ngantuk. Itupun nulisnya dengan catatan ketika
anak-anak semuanya sehat. Maklumlah dengan lima anak yang masih kecil tentu
kadang ada yang sakit, rewel dan sebagainya. Sama kan ya dengan emak-emak yang
lain? Kerjaan kantor maupun kerjaan rumah itu tidak akan ada habisnya kalau mau
diturutin. Jadi kita sendirilah yang harus keluar sebentar dari rutinitas
tersebut. Ketika saya mau nulis, kadang masaknya jadi tertunda atau kadang
malah ga masak, hehehehe. Maaf ya mas, umi mau nulis dulu nanti kita makannya
beli gapapa yaaa? Alhamdulillah kanjeng abi sangat mendukung dan sama sekali tidak
keberatan.
Ketika
menulispun tidak serta merta sekali duduk selesai, bahkan bisa mangkrak
berminggu-minggu. Mentok, baca, lanjut nulis lagi, mentok lagi, baca lagi. Pun ketika
saya males nulis atau suatu ada hal yang menjadikan saya belum bisa nulis, saya
usahakan untuk membaca opini-opini orang yang temanya menarik. Baca secara berulang
dengan pelan-pelan. Bahkan agar lebih nampol, proses membaca ini bisa disertai
dengan menulis ulang artikel opini tersebut dengan tulisan tangan. Keterlibatan
dua panca indera ini diyakini lebih mengikat isi tulisan dan membiasakan diri dengan
alur opini daripada hanya membacanya saja.
Ketika
dalam proses menulis itu, saya ga menerapkan aturan yang baku. Paling hanya
menuliskan garis besarnya aja. Setelah itu nulis aja terus yang ada di kepala
sampai bener-bener mentok dan tidak ada yang bisa ditulis lagi. Kalau sudah
tertuang semua yang ada di kepala, barulah saya edit tulisan, tambah, kurang,
hapus, atau susun ulang paragraf agar nyambung menjadi sebuah cerita. Selanjutnya
saya kirim ke redaksi koran. Untuk penyemangat bisa mencoba koran lokal dulu,
karena kalau langsung ke koran nasional bisa bikin patah semangat dan males
nulis lagi. Bahkan untuk bisa tembus ke kompas, saya harus melewati 11 kali
penolakan dulu. Kalo di koran lokal udah muat, bolehlah kita mencoba ke koran
nasional.
Selamat mencoba ya
Mak. Maafkeun jika tipsnya kepanjangan.
sssiap dicoba 😍
BalasHapusnuriiiiin, makasih udah mampir. saya juga banyak belajar dari nurin.
Hapussuper duper kerrennnn...
BalasHapusmakasih, saling belajar dan menyemangati mabk.
HapusKereennn Mba, sangat menginspirasi.. Smg sy jg bs yaa.. Amiiiinn..
BalasHapusSama2 buuuu,,saling menyemangati yaa.
HapusSemoga bisa banyak belajar darimu jeng
BalasHapusSama2 saling belajar mbak ndari
HapusMba yang inspiratif banget!!
BalasHapusMakasih ibu dosen,,sama2 belajar dan saling menginspirasi.
HapusSemoga bisa tembus koran juga ya tulisan saya (judul udah jadi, tapi tulisannya mandheg :-) ...tidak sekedar nangkring di wall fb curhat2an ala emak. Barokallah tasmilah
BalasHapusaamiin...semangat mbaaakkkk..
HapusKeren, salut, inspiratif banget mbak.....trimakasih ya
BalasHapussami2 mbake, saya juga masih belajar
Hapusinspiratif banget.. makasiih sharingnya mba.. Salam kenal..
BalasHapusSalam kenal juga mbak Irma, terimakasih juga udah mampir ke di mari.
HapusBu Tasmilah bantu saya ya, kayaknya sdh nemu yg saya harapan saya selama di kota Malang ini.
BalasHapusNggih bu, insyaallah.
BalasHapusMantaabbb mbak... Mupenggg euy..
BalasHapusTerima kasih atas tipsnya mbak...
BalasHapussami-sami Pak, semoga bermanfaat
HapusAlhamdulillah, walau baru buka blog ini sekarang, tapi tiada kata terlambat untuk belajar, kan...
BalasHapusMakasih, untuk share-nya mbak Tasmilah
Makasih mbak tasmilah. Tulisannya biasa lihat di republik, orangnya baru liat di sharing kepenulisan sultra. Sangat menginspirasi
BalasHapus