Sebagai ibu kota Provinsi Banten, tentu semua
menginginkan Kota Serang semakin maju dan menjadi etalase bagi Banten secara
keseluruhan. Tidak hanya kotanya yang cantik dari luar, namun juga cantik di
dalam yang mampu memberikan manfaat luas bagi penduduk Kota Serang. Tentu ada
banyak hal yang harus dibenahi di Kota Serang untuk mengejar ketertinggalannya
dari Ibu Kota Provinsi yang lain. Oleh karena itu diperlukan quick wins atau kemenangan yang cepat
untuk mendorong kemenangan besar selanjutnya.
Quick wins akan berhasil jika ada perubahan yang dapat dengan
mudah terlihat dan manfaatnya dapat dirasakan oleh masyarakat. Dalam mewujudkan
quick wins ini wajib memperhatikan dan
memenuhi hal-hal sebagai berikut yaitu mengidentifikasi area-area yang paling
kritikal, menetapkan program, dan menyampaikan rancangan pelaksanaan
penyelesaian program.
Salah satu permasalahan yang krusial di Kota Serang
adalah kemiskinan dan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM) yang masih tertinggal dibandingkan dengan kota besar lainnya.
Kemiskinan menggambarkan ketidakmampuan dalam mencukupi kebutuhan dasar makanan
dan non makanan. Kemiskinan juga menggambarkan seberapa besar pertumbuhan
ekonomi mampu menetes ke seluruh lapisan ekonomi penduduk.
Di sisi yang lain IPM menggambarkan capaian
pembangunan terhadap kualiatas sumber daya manusianya. Kualitas sumber daya
manusia ini penting untuk menyongsong bonus demografi. Kualitas SDM ini menjadi
modal utama dalam memanfaatkan peluang dari bonus demografi.
Kemiskinan di Kota Serang pada tahun 2017 sebesar 5,57
persen atau menempati urutan ketiga tertinggi di Banten setelah Pandeglang dan
Lebak. Sedangkan IPM Kota Serang nilainya sebesar 70,51 atau menempati urutan
keempat tertinggi di Provinsi Banten.
Tentu tidak ada yang salah dengan angka-angka
tersebut. Namun menjadi sebuah perenungan yang dalam karena Kota Serang sebagai
Ibu Kota Provinsi harusnya memiliki capaian yang lebih baik dari itu. Untuk
mengejar ketertinggalan maka dibutuhkan langkah yang cepat untuk mencapai tujuan
yang akan dicapai.
Kemiskinan disebabkan karena derajat kapabilitas yang
rendah sehingga dengan kondisi demikian akan sulit untuk menerima bantuan yang
sifatnya pemberdayaan. Kemiskinan ini hanya akan berkurang dengan aneka bantuan/subsidi
dan program perlindungan sosial. Kondisi yang demikian sangat rentan terhadap keterlambatan
penyaluran bantuan yang mengakibatkan bertambahnya jumlah penduduk miskin.
Belum lagi jika kita berbicara tentang penduduk hampir miskin yang berada
sedikit di atas garis kemiskinan. Harga beras yang melonjak dalam beberapa
bulan terakhir akan sangat mudah menjatuhkan penduduk dalam jurang kemiskinan.
Hal ini karena beras menjadi penyumbang terbesar dalam garis kemiskinan
makanan.
Derajat kapabilitas penduduk miskin hanya akan
meningkat apabila disertai dengan peningkatan kualitas pendidikan dan
kesehatan. Dari segi kesehatan bisa dimulai dari quick wins yang paling mudah namun mampu memberikan manfaat
berlipat dalam menjaga kualitas hidup. Salah satu contohnya adalah sumber air
minum dan tempat buang air besar. Jika
dua hal ini terpenuhi maka secara signifikan akan meningkatkan kualitas
kesehatan penduduk terutama di pedesaan.
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) masih ada
1,49 persen penduduk kota serang yang minum air dari mata air tidak terlindung
dan 2,07 persen yang minum dari air sungai/kolam/irigasi. Tentu bukan pada
kecilnya angka tersebut, namun kenyataan ini masih menyisakan masalah bahwa
masih ada penduduk yang sumber air minumnya kurang layak.
Dari tempat buang air besar masih ada 15,98 persen
penduduk Kota Serang yang tidak memiliki fasilitas tempat buang air besar
sehingga buang air besar di sawah, kebun, sungai dan sebagainya. Kondisi ini
tentu jauh dari perilaku hidup sehat, sehingga penyediaan fasilitas MCK dan air
bersih perlu segera diperbanyak disamping pembangunan infrastruktur lainnya.
Quick wins selanjutnya adalah dalam pemberian Air Susu Ibu
(ASI). Balita di Kota Serang rata-rata hanya diberikan ASI selama 10,62 bulan
dan masih jauh dari anjuran pemberian
ASI ideal yaitu hingga 2 tahun. Padahal ASI sangat penting untuk menjaga
imunitas bayi. Senada dengan imunisasi, hanya 52,33 persen balita di Kota
Serang yang mendapatkan imunisasi lengkap. Artinya apa? Masih dibutuhkan kerja
keras untuk mengedukasi penduduk terutama para ibu agar memberikan imunisasi
dan ASI kepada buah hatinya.
Dari aspek pendidikan mendorong penduduk usia sekolah
untuk melanjutkan pendidikannya harus terus digalakkan. Masih ada 2,45 persen
penduduk usia SD yang tidak bersekolah. Demikian juga untuk setingkat SMP,
hanya 80,98 persen yang bersekolah, sedangkan untuk tingkat SMA lebih sedikit
lagi yaitu hanya 60,02 persen yang bersekolah.
Apalah artinya bonus
demografi dengan jumlah penduduk usia produktif lebih banyak jika tidak
dibarengi dengan kualitas pendidikan yang memadai. Bahkan untuk karyawan
penjaga toko saja saat ini mensyaratkan berpendidikan minimal SMA/sederajat. Belum
lagi jika kita berbicara tentang tingkat pengangguran di Kota Serang. Semua
kenyataan di atas menjadi sebuah PR besar bagi calon kepala daerah untuk
mengayunkan langkah menuju Kota Serang yang lebih baik dan maju.
(Terbit Di Koran Radar Banten, 13 Februari 2018)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar