Perekonomi
Banten dalam setahun terakhir mengalami pertumbuhan sebesar 5,62 persen dan melampui
pertumbuhan ekonomi nasional yang nilainya sebesar 5,06 persen. Peranan Banten
dalam menopang perekonomian nasional juga mengalami peningkatan menjadi 4,16
persen dalam setahun terakhir. Kondisi ini tentu menjadikan Banten sebagai
salah satu kekuatan ekonomi yang layak diperhitungkan di kancah nasional. Namun
apakah tren positif dalam bidang ekonomi ini akan terus berlanjut pada tahun
2018 ini?
Untuk meningkatkan kinerja
perekonomian dapat dilakukan
dengan
memberikan perhatian pada sektor ekonomi potensial yang memberikan sumbangan besar dalam membentuk
perekonomian Banten. Potensi
perekonomian ini dapat
dilihat dari struktur perekonomian dari Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB).
Selama lima tahun terakhir struktur
perekonomian di Provinsi Banten
tidak mengalami perubahan. Sektor industri pengolahan masih menjadi penopang terbesar dalam
perekonomian Banten dengan kontribusi sebesar 31,46 persen. Sektor lain yang
memberikan sumbangan besar dalam membentuk perekonomian Banten adalah sektor
perdagangan besar dan eceran dengan kontribusi sebesar 12,11 persen, sektor transpotasi pergudangan
10,79
persen, dan sektor kontruksi 10,53
persen.
Sektor industri pengolahan sebagai
kekuatan terbesar dalam perekonomian Banten mengalami penurunan kontribusi
dalam lima tahun terakhir dari 38,49 persen pada tahun 2011 menjadi 31,46 persen pada tahun 2017. Penurunan peranan ini disebabkan oleh
perlambatan pertumbuhan ekonomi pada sektor industri pengolahan pada tahun 2017 sebesar 2,46 persen
atau lebih lambat jika dibandingkan dengan pertumbuhan pada lima tahun
sebelumnya yang mencapai 5,25 persen. Perlambatan ini diakibatkan oleh menurunnya
permintaan produksi manufaktur dari luar negeri, mengingat bahwa industri
pengolahan di Banten berorientasi pada ekspor.
Untuk
tahun 2018, kinerja
sektor industri pengolahan masih sangat tergantung pada kondisi pasar global.
Dengan membaiknya perekonomian di negara tujuan ekspor seperti Amerika, China, dan Jepang maka akan meningkatkan permintaan ekspor produk manufaktur Banten. Harus diakui bahwa 97,70 persen ekspor Banten merupakan barang manufaktur/hasil industri
pengolahan.
Ekspor Banten hingga bulan November 2017 mencapai
10.325,63 juta dolar atau meningkat 23,10 persen jika dibandingkan dengan
periode yang sama pada tahun sebelumnya. Dengan meningkatknya ekspor ini maka akan
mendorong peningkatan produksi dan menyerap tenaga kerja baru di Banten. Dalam setahun terakhir sektor
industri pengolahan menyerap tenaga
kerja baru sebanyak 129 ribu orang, yang artinya
setiap pertumbuhan 1 persen akan menyerap tenaga kerja baru sebanyak 52.439
orang. Pertumbuhan
ekonomi pada sektor industri pengolahan telah berkualitas karena telah mampu
mengurangi pengangguran yang ada di Banten.
Sektor
perdagangan sebagai penopang ekonomi terbesar kedua di Banten mengalami
percepatan pertumbuhan dalam setahun terakhir. Pada triwulan tiga 2017 sektor
perdagangan tumbuh sebesar 6,30 persen. Tren positif ini masih akan berlanjut
hingga tahun 2018 seiring dengan meningkatnya daya beli masyarakat kelas
menengah atas Indonesia. Meski sektor perdagangan mengalami pertumbuhan namun
terjadi penurunan jumlah tenaga kerja sebanyak 3 ribu orang.
Demikian
juga untuk sektor konstruksi yang tumbuh 8,45 persen dalam setahun terakhir
juga mengalami penurunan jumlah tenaga kerja sebanyak 161 ribu orang. Hal ini
bisa disebabkan oleh mekanisasi dari sektor konstruksi yang mengakibatkan
pengurangan tenaga kerja manusia.Sektor konstruksi pada tahun 2018 masih akan
terus tumbuh sejalan dengan fokus pembangunan infrastruktur oleh Presiden
Jokowi. Program padat karya cash bisa menjadi salah satu solusi untuk
mengurangi tingkat pengangguran terutama di perdesaan.
Sektor
keempat terbesar yang menopang perekonomian Banten adalah sektor transportasi
dan pergudangan. Dalam setahun terakhir sektor ini mmapu tumbuh sebesar 9,66
persen atau mengalami percepatan dibanding periode sebelumnya. Sektor ini akan
terus tumbuh pada tahun 2018 seiring dengan menggeliatnya sektor pariwisata di
tanah air. Bandar udara Soekarno Hatta sebagai bandara paling sibuk di Indonesia
dan pintu masuk utama wisatawan asing menjadi sumber utama sektor transportasi
di Banten.
Sektor
transportasi dalam setahun terakhir mampu menyerap tenaga kerja baru sebanyak
51 ribu orang. Hal ini lebih didorong karena maraknya transportasi daring (online)
di Banten. Meski inovasi baru tersebut dianggap mengganggu keberadaan bisnis
yang ada sebelumnya, namun keberadaannya mampu memberikan lapangan usaha baru
di Banten. Dan untuk tahun-tahun mendatang akan banyak tercipta inovasi baru berbasis digital yang akan
mendorong pertumbuhan ekonomi di Banten.
Pertumbuhan ekonomi inklusif
Pertumbuhan
ekonomi banten hendaknya mampu memberikan kontribusi dalam upaya pengentasan
kemiskinan dan pemerataan pembangunan. Hal inilah yang masih menjadi pe-er bagi
Pemerintah Banten. Berdasarkan data BPS jumlah penduduk miskin di Banten pada
Bulan September 2017 sebanyak 699,83 ribu orang atau meningkat 24,79 ribu jika
dibandingkan dengan enam bulan sebelumnya. Kenaikan jumlah penduduk miskin ini sangat
kontras dengan pertumbuhan ekonomi Banten yang berada diatas petumbuhan ekonomi
nasional dalam setahun terakhir.
Demikian
juga dengan tingkat pengangguran di Banten pada kondisi Agustus 2017 sebanyak
520 ribu orang atau mencapai 9,28 persen. Tingginya tingkat pengangguran ini
menempatkan Banten pada posisi kedua tertinggi di Indonesia. Kondisi ini
menuntut agar pertumbuhan ekonomi yang terjadi di Banten mampu menyerap
angkatan kerja yang terus tumbuh setiap tahun. Diperlukan sinergi antara
pemerintah dan swasta untuk menciptakan lapangan pekerjaan baru di masyarakat. Dengan
meningkatnya pendapatan akan meningkatkan daya beli dan kesejahteraan penduduk
Banten.
Dimuat di harian Radar Banten, 5 Januari 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar