Masih segar dalam ingatan kita ketika Raja
Salman berkunjung ke Indonesia. Hampir seluruh media nasional memberitakan
kunjungannya termasuk perjalanan wisata
rombongan kerajaan tersebut ke Pulau
Dewata, Bali. Hal yang sama juga terjadi
pada kunjungan wisata mantan Presiden
AS Barack Obama ke Indonesia yang meliputi
Bali, Yogyakarta, dan Jakarta.
Pemberitaan media yang sangat masif tersebut merupakan
ajang promosi bagi destinasi wisata Indonesia di tingkat nasional maupun
internasional.
Kunjungan
keluarga kerajaan Arab Saudi yang konon berjumlah 1500 orang ke Pulau Bali
telah mengangkat citra Bali sebagai tempat yang aman dan nyaman bagi wisatawan muslim
sekalipun. Sehingga hal
ini
diharapkan mampu menarik kunjungan wisatawan dari Timur Tengah yang memiliki daya beli tinggi
untuk berkunjung ke Bali dan Indonesia.
Demikian juga dengan kunjungan mantan Presiden AS Barack Obama semakin mengangkat
Bali di dunia internasional
sebagai tempat wisata yang aman. Tidak hanya Bali, namun juga objek wisata di Yogyakarta dan sekitarnya
seperti Candi Borobudur, Prambanan, Keraton Yogyakarta, dan wisata kuliner yang
dikunjungi oleh Obama. Liputan
maupun unggahan foto dan video dari kunjungan mantan orang nomor 1 di AS ini tentu
menjadi ajang promosi
sekaligus memberikan peluang bagi pariwisata Indonesia untuk
lebih dikenal di dunia.
Tentu kita masih ingat bagaimana banyak orang indonesia berbondong-bondong ingin berwisata ke
Belitung setelah menonton Film Laskar pelangi. Demikian juga banyak wisatawan asing
yang ingin mengunjungi Ubud di
Bali
setelah melihat keindahan Ubud, tempat dimana Aktris Julia Roberts bersepeda dalam film Eat, Pray, n Love.
Betapa media sangat kuat pengaruhnya dalam menarik kunjungan wisatawan. Hal
inilah yang harus dimanfaatkan oleh pelaku wisata baik swasta maupun
pemerintah. Bagaimana
mempromosikan bahwa
Indonesia tidak hanya Bali saja, namun masih ada banyak tempat wisata yang
tidak kalah indah dengan Pulau Bali
yang tersebar dari Danau Toba hingga Raja Ampat di Papua.
Bisnis pariwisata di Indonesia
tengah bergeliat dan menjadi salah
satu sektor unggulan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian nasional.
Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara
pada tahun 2016 yang mengalami peningkatan sebesar 10,69 persen jika
dibandingkan dengan kunjungan wisman pada tahun 2015. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi
perekonomian Indonesia, selain menambah cadangan devisa negara, kehadiran
wisman ini juga meningkatkan perekonomian terutama pada sektor transportasi,
akomodasi, dan penyediaan makan minum.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya
wisman Singapura dan Australia mendominasi kunjungannya ke Indonesia, berbeda
dengan setahun terakhir dimana wisman China menduduki peringkat pertama dalam
jumlah kunjungan. Hal ini berarti bahwa China merupakan pangsa pasar yang
menjanjikan, selain karena jumlah penduduknya yang banyak, juga karena
perekonomian China sedang berkembang pesat dengan kesejahteraan penduduknya yang semakin tinggi.
Sehingga promosi ke negara China harus lebih gencar
dilakukan disamping ke negara asing lainnya di Amerika, Eropa, dan Timur
Tengah.
Oleh karena itu, pemerintah saat ini tengah menargetkan
terbentuknya 10 Bali baru yang menjadi prioritas pengembangan destinasi wisata. Tidak dapat
dipungkiri bahwa Pulau
Bali masih merupakan
magnet utama dalam industri pariwisata di Indonesia.
Pengembangan destinasi wisata
memerlukan 3A yang meliputi atraksi, aksesbilitas, dan amenitas. Atraksi meliputi aktifitas atau kegiatan apa
yang akan disuguhkan kepada pengunjung wisata. Aksesbilitas mencakup
akses ke lokasi yang aman, nyaman, dan gampang. Sedangkan amenitas merupakan
fasilitas yang ditawarkan meliputi penginapan dan tempat penyediaan makan
minum. Selain ketiga faktor pengembangan tadi yang harus ditingkatkan, ada satu
hal yang juga merupakan kunci dalam bisnis pariwisata yaitu promosi. Bagaimana
memperkenalkan destinasi wisata tersebut kepada masyarakat secara nasional maupun internasional.
Disinilah diperlukan peran media,
terlebih di era digital seperti sekarang maka pemanfaatan media terutama media
sosial mutlak diperlukan.
Saat
ini setiap orang bisa mendokumentasikan kegiatannya kemudian membagikannya
melalui jejaring media sosial seperti facebook, instagram,
twitter, hingga youtube. Termasuk perjalanannya
ke berbagai tempat wisata. Apalagi jika tempat yang dikunjungi merupakan tempat
yang indah, menarik, ataupun unik maka unggahan tersebut bisa menjadi viral
tidak hanya skala nasional namun juga internasional. Sehingga hal ini menjadi
alat promosi yang ampuh untuk membuat orang penasaran hingga menarik kunjungan
wisatawan lebih banyak lagi.
Untuk pasar nasional, dengan jumlah
kelas menengah atas yang
terus meningkat setiap tahun dan tingkat pengeluaran yang selalu bertambah, hal
ini menjadi pasar yang sangat potensial.
Kunjungan wisata sudah merupakan suatu kebutuhan pokok bagi keluarga kelas menengah atas di Indonesia. Kelas menengah atas yang melek teknologi
serta memiliki daya beli yang lebih tinggi, mampu untuk melakukan perjalanan wisata kemudian
membagikannya di jejaring sosial media.
Bagi pemerintah hal ini harus bisa
dimanfaatkan dengan meningkatkan aksesbilitas
dan menggelar
atraksi atau event sehingga mampu menarik wisatawan domestik
maupun mancanegara. Karena dengan terpenuhinya
syarat tersebut, maka akan menjadi bahan pemberitaan di media dan menjadi objek
unggahan masyarakat di jejaring sosial media. Sehingga hal ini menjadi ajang
untuk memperkenalkan sekaligus meningkatkan kunjungan wisatawan ke berbagai tempat
wisata di Indonesia.
Dimuat di harian Radar Banten, 8 Juli
2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar