Halaman

Senin, 10 Juli 2017

Peranan Media Dalam Mendongkrak Pariwisata


Masih segar dalam ingatan kita ketika Raja Salman berkunjung ke Indonesia. Hampir seluruh media nasional memberitakan kunjungannya termasuk perjalanan wisata rombongan kerajaan tersebut ke Pulau Dewata, Bali. Hal yang sama juga terjadi pada kunjungan wisata mantan Presiden AS Barack Obama ke Indonesia yang meliputi Bali, Yogyakarta, dan Jakarta. Pemberitaan media yang sangat masif tersebut merupakan ajang promosi bagi destinasi wisata Indonesia di tingkat nasional maupun internasional.
Kunjungan keluarga kerajaan Arab Saudi yang konon berjumlah 1500 orang ke Pulau Bali telah mengangkat citra Bali sebagai tempat yang aman dan nyaman bagi wisatawan muslim sekalipun. Sehingga hal ini diharapkan mampu menarik kunjungan wisatawan dari Timur Tengah yang memiliki daya beli tinggi untuk berkunjung ke Bali dan Indonesia.
Demikian juga dengan kunjungan mantan Presiden AS Barack Obama semakin mengangkat Bali di dunia internasional sebagai tempat wisata yang aman. Tidak hanya Bali, namun juga objek wisata di Yogyakarta dan sekitarnya seperti Candi Borobudur, Prambanan, Keraton Yogyakarta, dan wisata kuliner yang dikunjungi oleh Obama. Liputan maupun unggahan foto dan video dari kunjungan mantan orang nomor 1 di AS ini tentu menjadi ajang promosi sekaligus memberikan peluang bagi pariwisata Indonesia untuk lebih dikenal di dunia.
Tentu kita masih ingat bagaimana banyak orang indonesia berbondong-bondong ingin berwisata ke Belitung setelah menonton Film Laskar pelangi. Demikian juga banyak wisatawan asing yang ingin mengunjungi Ubud di Bali setelah melihat keindahan Ubud, tempat dimana Aktris Julia Roberts bersepeda dalam film Eat, Pray, n Love. Betapa media sangat kuat pengaruhnya dalam menarik kunjungan wisatawan. Hal inilah yang harus dimanfaatkan oleh pelaku wisata baik swasta maupun pemerintah. Bagaimana mempromosikan bahwa Indonesia tidak hanya Bali saja, namun masih ada banyak tempat wisata yang tidak kalah indah dengan Pulau Bali yang tersebar dari Danau Toba hingga Raja Ampat di Papua.
Bisnis pariwisata di Indonesia tengah bergeliat dan menjadi salah satu sektor unggulan pemerintah dalam meningkatkan perekonomian nasional. Hal ini terlihat dari jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada tahun 2016 yang mengalami peningkatan sebesar 10,69 persen jika dibandingkan dengan kunjungan wisman pada tahun 2015. Kondisi ini sangat menguntungkan bagi perekonomian Indonesia, selain menambah cadangan devisa negara, kehadiran wisman ini juga meningkatkan perekonomian terutama pada sektor transportasi, akomodasi, dan penyediaan makan minum.
Jika pada tahun-tahun sebelumnya wisman Singapura dan Australia mendominasi kunjungannya ke Indonesia, berbeda dengan setahun terakhir dimana wisman China menduduki peringkat pertama dalam jumlah kunjungan. Hal ini berarti bahwa China merupakan pangsa pasar yang menjanjikan, selain karena jumlah penduduknya yang banyak, juga karena perekonomian China sedang berkembang pesat dengan kesejahteraan penduduknya yang semakin tinggi. Sehingga promosi ke negara China harus lebih gencar dilakukan disamping ke negara asing lainnya di Amerika, Eropa, dan Timur Tengah.
Oleh karena itu, pemerintah saat ini tengah menargetkan terbentuknya 10 Bali baru yang menjadi prioritas pengembangan destinasi wisata. Tidak dapat dipungkiri bahwa Pulau Bali masih merupakan magnet utama dalam industri pariwisata di Indonesia.
Pengembangan destinasi wisata memerlukan 3A yang meliputi atraksi, aksesbilitas, dan amenitas. Atraksi meliputi aktifitas atau kegiatan apa yang  akan disuguhkan kepada pengunjung wisata. Aksesbilitas mencakup akses ke lokasi yang aman, nyaman, dan gampang. Sedangkan amenitas merupakan fasilitas yang ditawarkan meliputi penginapan dan tempat penyediaan makan minum. Selain ketiga faktor pengembangan tadi yang harus ditingkatkan, ada satu hal yang juga merupakan kunci dalam bisnis pariwisata yaitu promosi. Bagaimana memperkenalkan destinasi wisata tersebut kepada masyarakat secara nasional maupun internasional. Disinilah diperlukan peran media, terlebih di era digital seperti sekarang maka pemanfaatan media terutama media sosial mutlak diperlukan.
Saat ini setiap orang bisa mendokumentasikan kegiatannya kemudian membagikannya melalui jejaring media sosial seperti facebook, instagram, twitter, hingga youtube. Termasuk perjalanannya ke berbagai tempat wisata. Apalagi jika tempat yang dikunjungi merupakan tempat yang indah, menarik, ataupun unik maka unggahan tersebut bisa menjadi viral tidak hanya skala nasional namun juga internasional. Sehingga hal ini menjadi alat promosi yang ampuh untuk membuat orang penasaran hingga menarik kunjungan wisatawan lebih banyak lagi.
Untuk pasar nasional, dengan jumlah kelas menengah atas yang terus meningkat setiap tahun dan tingkat pengeluaran yang selalu bertambah, hal ini menjadi pasar yang sangat potensial. Kunjungan wisata sudah merupakan suatu kebutuhan pokok bagi keluarga kelas menengah atas di Indonesia. Kelas menengah atas yang melek teknologi serta memiliki daya beli yang lebih tinggi, mampu untuk melakukan perjalanan wisata kemudian membagikannya di jejaring sosial media.

Bagi pemerintah hal ini harus bisa dimanfaatkan dengan meningkatkan aksesbilitas dan menggelar atraksi atau event sehingga mampu menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. Karena dengan terpenuhinya syarat tersebut, maka akan menjadi bahan pemberitaan di media dan menjadi objek unggahan masyarakat di jejaring sosial media. Sehingga hal ini menjadi ajang untuk memperkenalkan sekaligus meningkatkan kunjungan wisatawan ke berbagai tempat wisata di Indonesia.
Dimuat di harian Radar Banten, 8 Juli 2017 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#139 Kemiskinan Dalam Tekanan Inflasi

Tren penurunan jumlah penduduk miskin pasca pandemi sedikit terganggu dengan lonjakan inflasi yang terjadi pada akhir tahun 2022. Hal ini di...