Halaman

Minggu, 21 Mei 2017

Gubernur Baru, Harapan Baru


         Provinsi Banten baru saja memiliki pemimpin baru hasil pilkada serentak pada Bulan Februari 2017. Gubernur baru yang merupakan pilihan dari sebagian besar masyarakat Banten ini harapannya mampu memberikan kemajuan dan kesejahteraan bagi masyarakat Banten di masa yang akan datang.
Banten yang tahun ini akan berulang tahun yang ke 17, telah mengalami banyak kemajuan dalam bidang sosial ekonomi. Pembangunan yang telah dilakukan bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat dan menjadikan manusia tidak hanya sebagai subyek pembangunan, namun juga menjadikan manusia sebagai objek atau tujuan dari pembangunan itu sendiri. Menilik capaian pembangunan manusia di Provinsi Banten yang diukur dengan Indeks Pembangunan Manusia (IPM), telah terjadi kenaikan dari 65,3 pada tahun 2001 menjadi 70,96 pada tahun 2016 dan masuk kategori tinggi tingkat pembangunan manusianya.
Jika pada tahun 2001 Provinsi Banten menduduki posisi rangking 20 secara nasional, maka pada tahun 2016 naik ke posisi delapan diantara 34 provinsi di Indonesia. Peningkatan capaian indeks pembangunan manusia ini tidak terlepas dari upaya pemerintah dalam melakukan pembangunan di seluruh sektor kehidupan termasuk juga pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan. Indeks Pembangunan Manusia (IPM) tersebut dihitung dari angka harapan hidup, rata-rata sekolah, harapan lama sekolah, dan pengeluaran disesuaikan.
Dari segi perekonomian, produk domestik regional bruto (PDRB) atas harga berlaku pada tahun 2001 nilainya sebesar Rp. 50,215 triliun, maka pada tahun 2016 nilai PDRB atas harga berlaku Provinsi Banten melesat mencapai 516,33 Triliun atau mengalami kenaikan sebesar 928,3 persen dalam waktu 16 tahun. Selain itu selama 16 tahun telah terjadi pergeseran Struktur perekonomian di Provinsi Banten. Jika pada tahun 2005 sektor pertanian berkontribusi 8,86 persen terhadap perekonomian Banten, maka pada tahun 2015 kontribusinya menurun menjadi 6,15 persen. Demikian juga untuk sektor industri pengolahan yang menopang perekonomian Banten sebesar 52,61 persen pada tahun 2000 mengalami penurunan kontribusi menjadi 32,61 persen pada tahun 2016.
Meskipun sektor industri pengolahan masih mendominasi perekonomian Provinsi Banten, namun kontribusinya mengalami penurunan sehingga terjadi pergeseran struktur perekonomian dari sektor primer (pertanian dan pertambangan/penggalian) dan sektor sekunder (industri pengolahan, bangunan, dan listrik, air, gas) kepada sektor tersier (perdagangan dan jasa). Pergeseran ini menunjukkan bahwa perekonomian Provinsi Banten semakin maju dan berkembang.
Apabila dilihat dari pertumbuhan ekonomi, pada tahun 2016 perekonomian Banten tumbuh sebesar 5,26 persen dan berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 5,02 persen. Sektor yang tumbuh melesat pada tahun 2016 adalah sektor jasa keuangan dan asuransi, sektor informasi dan komunikasi, dan sektor tansportasi/pergudangan. Kinerja perekonomian yang berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional ini tentu tidak hanya menguntungkan bagi dunia usaha maupun swasta, namun juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Perekonomian yang tumbuh dan berkembang akan membuka kesempatan usaha dan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Dengan demikian akan meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini terlihat pada menurunnya tingkat pengangguran dan jumlah penduduk miskin selama 14 tahun terakhir. Jika pada tahun 2002 jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten sebanyak 9,22 persen, maka pada bulan September 2016 jumlah penduduk miskin turun menjadi 5,36 persen. Demikian juga untuk tingkat pengangguran mengalami penurunan dari 17,45 persen pada tahun 2003 menjadi 7,75 persen pada kondisi Bulan Februari 2017.
Berbagai kemajuan yang telah dicapai tersebut manjadi tantangan bagi pemimpin yang baru untuk memberikan yang lebih baik bagi masyarakat Banten. Salah satu PR (pekerjaan rumah) untuk pemimpin Banten selanjutnya adalah bagaimana mengatasi ketimpangan pembangunan sosial ekonomi di seluruh Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Karena pada kenyataannya hal tersebut masih menyisakan kesenjangan yang lebar antara pembangunan di Banten bagian utara dan Banten bagian selatan.
Dilihat dari kesejahteraan penduduk, jumlah penduduk miskin di Banten Selatan lebih banyak jika dibandingkan dengan Banten Utara. Mengingat Banten Selatan lebih dominan sektor pertanian, maka untuk mengatasi kemiskinan tersebut dapat dilakukan dengan mengoptimalkan sektor pertanian di daerah selatan. Sedangkan untuk Banten Utara, tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomiannya lebih banyak didukung oleh industri pengolahan dengan padat modal asing yang bisa jadi nilai tambahnya tidak dinikmati seluruhnya untuk kemajuan Banten. Namun keberadaan industri pengolahan ini bagaikan magnet bagi penduduk usia produktif yang berbekal pendidikan tinggi untuk melakukan migrasi ke wilayah Banten Utara. Terlebih untuk wilayah Tangerang Raya yang merupakan kota satelit bagi Ibukota Jakarta, yang mendukung bagi penduduk dalam melakukan aktifitas ekonomi di Jakarta.
Tidak hanya dari jumlah penduduk miskin, namun dari segi pembangunan manusia juga terjadi kesenjangan yang lebar antara Banten bagian utara dan Banten bagian selatan. Sebagai contoh untuk IPM Kota Tangerang Selatan yang merupakan tertinggi di Banten nilainya 80,11 (kategori sangat tinggi), sedangkan Kabupaten Lebak dengan IPM terendah di Banten nilainya sebesar 62,78 (kategori sedang). Sehingga untuk mengatasi kesenjangan tersebut diperlukan upaya pada komponen pembangunan manusia yang meliputi tingkat kesehatan, pengetahuan/pendidikan,dan pengeluaran/ekonomi masyarakat. Fasilitas kesehatan dan pendidikan serta tenaga profesional yang berkualitas diperlukan untuk mendorong kemajuan pendidikan dan kesehatan masyarakat Banten bagian selatan.
Demikian juga pembangunan infrastruktur dan pelatihan kewirausahaan serta pemberian bantuan modal diperlukan guna mendukung perkembangan ekonomi masyarakat. Pelatihan kewirausahaan yang memanfaatkan bahan baku lokal serta pemasaran yang memanfaatkan teknologi informasi untuk menjangkau pasar yang lebih luas. Harapannya pembangunan yang dilakukan oleh pemerintah akan dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat dan kesenjangan akan dapat teratasi.

Uraian diatas baru sebatas aspek pembangunan manusia dan ekonomi, belum menyangkut tentang pembangunan infrastruktur, keuangan daerah, dan berbagai pelayanan masyarakat lainnya. Dan tidak ada gading yang tak retak, tentu dibalik capaian pembangunan tersebut masih banyak kekurangan yang harus dibenahi oleh Gubernur yang baru. Selamat bertugas kepada Gubernur DR.Wahidin Halim, M.Si dan Wakil Gubernur  Andika Hazrumy, S.Sos, MAP, semoga Banten menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Dimuat di harian Satelit News, 24 Mei 2017 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#139 Kemiskinan Dalam Tekanan Inflasi

Tren penurunan jumlah penduduk miskin pasca pandemi sedikit terganggu dengan lonjakan inflasi yang terjadi pada akhir tahun 2022. Hal ini di...