Provinsi Banten baru saja memiliki pemimpin baru hasil pilkada
serentak pada Bulan Februari 2017. Gubernur baru yang merupakan pilihan dari
sebagian besar masyarakat Banten ini harapannya mampu memberikan kemajuan dan
kesejahteraan bagi masyarakat Banten di masa yang akan datang.
Banten yang tahun ini akan berulang tahun yang ke 17, telah
mengalami banyak kemajuan dalam bidang sosial ekonomi. Pembangunan
yang telah dilakukan bertujuan untuk menyejahterakan masyarakat dan menjadikan
manusia tidak hanya sebagai subyek pembangunan, namun juga menjadikan manusia
sebagai objek atau tujuan dari pembangunan itu sendiri. Menilik capaian
pembangunan manusia di Provinsi Banten yang diukur dengan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), telah terjadi kenaikan dari 65,3 pada tahun 2001 menjadi 70,96
pada tahun 2016 dan masuk kategori tinggi tingkat pembangunan manusianya.
Jika
pada tahun 2001 Provinsi Banten menduduki posisi rangking 20 secara nasional,
maka pada tahun 2016 naik ke posisi delapan diantara 34 provinsi di Indonesia.
Peningkatan capaian indeks pembangunan manusia ini tidak terlepas dari upaya
pemerintah dalam melakukan pembangunan di seluruh sektor kehidupan termasuk
juga pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan. Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) tersebut dihitung dari angka harapan hidup, rata-rata sekolah, harapan
lama sekolah, dan pengeluaran disesuaikan.
Dari
segi perekonomian, produk domestik regional bruto (PDRB) atas harga berlaku
pada tahun 2001 nilainya sebesar Rp. 50,215 triliun, maka pada tahun 2016 nilai
PDRB atas harga berlaku Provinsi Banten melesat mencapai 516,33 Triliun atau
mengalami kenaikan sebesar 928,3 persen dalam waktu 16 tahun. Selain itu selama
16 tahun telah terjadi pergeseran Struktur perekonomian di Provinsi Banten.
Jika pada tahun 2005 sektor pertanian berkontribusi 8,86 persen terhadap
perekonomian Banten, maka pada tahun 2015 kontribusinya menurun menjadi 6,15
persen. Demikian juga untuk sektor industri pengolahan yang menopang
perekonomian Banten sebesar 52,61 persen pada tahun 2000 mengalami penurunan
kontribusi menjadi 32,61 persen pada tahun 2016.
Meskipun
sektor industri pengolahan masih mendominasi perekonomian Provinsi Banten,
namun kontribusinya mengalami penurunan sehingga terjadi pergeseran struktur
perekonomian dari sektor primer (pertanian dan pertambangan/penggalian) dan
sektor sekunder (industri pengolahan, bangunan, dan listrik, air, gas) kepada
sektor tersier (perdagangan dan jasa). Pergeseran ini menunjukkan bahwa
perekonomian Provinsi Banten semakin maju dan berkembang.
Apabila
dilihat dari pertumbuhan ekonomi, pada tahun 2016 perekonomian Banten tumbuh
sebesar 5,26 persen dan berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh
sebesar 5,02 persen. Sektor yang tumbuh melesat pada tahun 2016 adalah sektor
jasa keuangan dan asuransi, sektor informasi dan komunikasi, dan sektor
tansportasi/pergudangan. Kinerja perekonomian yang berada diatas pertumbuhan
ekonomi nasional ini tentu tidak hanya menguntungkan bagi dunia usaha maupun
swasta, namun juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Perekonomian
yang tumbuh dan berkembang akan membuka kesempatan usaha dan menyerap lebih
banyak tenaga kerja. Dengan demikian akan meningkatkan daya beli dan
kesejahteraan masyarakat. Hal ini terlihat pada menurunnya tingkat pengangguran
dan jumlah penduduk miskin selama 14 tahun terakhir. Jika pada tahun 2002
jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten sebanyak 9,22 persen, maka pada bulan
September 2016 jumlah penduduk miskin turun menjadi 5,36 persen. Demikian juga
untuk tingkat pengangguran mengalami penurunan dari 17,45 persen pada tahun
2003 menjadi 7,75 persen pada kondisi Bulan Februari 2017.
Berbagai
kemajuan yang telah dicapai tersebut manjadi tantangan bagi pemimpin yang baru untuk
memberikan yang lebih baik bagi masyarakat Banten. Salah satu PR (pekerjaan
rumah) untuk pemimpin Banten selanjutnya adalah bagaimana mengatasi ketimpangan
pembangunan sosial ekonomi di seluruh
Kabupaten/Kota di Provinsi Banten. Karena pada kenyataannya hal tersebut masih menyisakan
kesenjangan yang lebar antara pembangunan di Banten bagian utara dan Banten
bagian selatan.
Dilihat dari kesejahteraan penduduk, jumlah penduduk miskin di Banten
Selatan lebih banyak jika dibandingkan dengan Banten Utara. Mengingat Banten Selatan lebih dominan sektor
pertanian, maka untuk mengatasi kemiskinan tersebut dapat dilakukan dengan mengoptimalkan sektor pertanian di daerah selatan. Sedangkan
untuk Banten Utara, tidak dapat dipungkiri bahwa perekonomiannya lebih banyak
didukung oleh industri pengolahan dengan padat modal asing yang bisa jadi nilai
tambahnya tidak dinikmati seluruhnya untuk kemajuan Banten. Namun keberadaan
industri pengolahan ini bagaikan magnet bagi penduduk
usia produktif yang berbekal pendidikan tinggi untuk melakukan migrasi ke wilayah Banten Utara. Terlebih untuk wilayah Tangerang
Raya yang merupakan kota satelit bagi Ibukota Jakarta, yang mendukung bagi
penduduk dalam melakukan aktifitas ekonomi di Jakarta.
Tidak hanya dari jumlah penduduk miskin, namun dari
segi pembangunan manusia juga terjadi kesenjangan yang lebar antara Banten
bagian utara dan Banten bagian selatan. Sebagai contoh untuk IPM Kota Tangerang
Selatan yang merupakan tertinggi di Banten nilainya 80,11 (kategori sangat
tinggi), sedangkan Kabupaten Lebak dengan IPM terendah di Banten nilainya
sebesar 62,78 (kategori sedang). Sehingga untuk mengatasi kesenjangan tersebut
diperlukan upaya pada komponen pembangunan manusia yang meliputi tingkat
kesehatan, pengetahuan/pendidikan,dan pengeluaran/ekonomi masyarakat. Fasilitas
kesehatan dan pendidikan serta tenaga profesional yang berkualitas diperlukan
untuk mendorong kemajuan pendidikan dan kesehatan masyarakat Banten bagian selatan.
Demikian juga pembangunan infrastruktur dan pelatihan
kewirausahaan serta pemberian bantuan modal diperlukan guna mendukung
perkembangan ekonomi masyarakat. Pelatihan kewirausahaan yang memanfaatkan
bahan baku lokal serta pemasaran yang memanfaatkan teknologi informasi untuk
menjangkau pasar yang lebih luas. Harapannya pembangunan yang dilakukan oleh
pemerintah akan dinikmati secara merata oleh seluruh masyarakat dan kesenjangan
akan dapat teratasi.
Uraian
diatas baru sebatas aspek pembangunan manusia dan ekonomi, belum menyangkut
tentang pembangunan infrastruktur, keuangan daerah, dan berbagai pelayanan
masyarakat lainnya. Dan tidak ada gading yang tak retak, tentu dibalik capaian
pembangunan tersebut masih banyak kekurangan yang harus dibenahi oleh Gubernur
yang baru. Selamat bertugas kepada Gubernur DR.Wahidin
Halim, M.Si dan Wakil Gubernur Andika
Hazrumy, S.Sos, MAP, semoga Banten menjadi lebih baik di masa yang akan datang.
Dimuat di harian Satelit News, 24 Mei 2017
Tidak ada komentar:
Posting Komentar