Pertanian merupakan sektor yang memiliki arti penting
bagi perekonomian Banten. Meski kontribusinya dalam membentuk perekonomian Banten
hanya sebesar 5,98 persen pada tahun 2015, namun sektor pertanian telah menjadi
tumpuan hidup bagi 674.670 orang tenaga kerja di Banten.
Sektor pertanian yang tumbuh 7,08 persen pada tahun 2015 belum
mampu mengangkat kesejahteraan petani di Banten.
Hal ini terlihat dari meningkatnya jumlah penduduk miskin di daerah perdesaan
di Provinsi Banten dari 7,12 persen pada Bulan September 2015 menjadi 7,45
persen pada Bulan Maret 2016. Meski secara provinsi
angka kemiskinan di Banten mengalami penurunan, namun jika dirinci menurut
wilayah, jumlah penduduk miskin di tingkat perdesaan
mengalami peningkatan sebesar 0,33 poin.
Tidak dapat dipungkiri bahwa pemerintah telah berhasil meningkatkan
produktifitas pertanian terutama subsektor tanaman pangan yaitu padi dari 5,29
ton/hektar pada tahun 2014 menjadi 5,66 ton/hektar pada tahun 2015.
Keberhasilan pemerintah tersebut tidak terlepas
dari upaya khusus yang telah dilakukan seperti penggunaan bibit unggul,
penggunaan pupuk, pemberantasan hama terpadu dan pompanisasi untuk antisipasi
musim kemarau. Namun demikian meski produktifitas
naik, namun petani masih belum bisa menikmati harga gabah yang secara ekonomi
menguntungkan petani.
Apalagi sebagian besar petani di Provinsi Banten adalah petani penggarap
yang tidak memiliki lahan pertanian sendiri. Menurut hasil Sensus Pertanian
tahun 2013, terdapat 584.259 rumah tangga petani pengguna lahan. Apabila
dilihat dari luas lahan pertanian yang dikuasai, masih terdapat 634.415 rumah
tangga petani gurem, yaitu petani pengguna lahan yang menguasai lahan pertanian
kurang dari 0,5 hektar.
Bagaimana petani bisa sejahtera, jika hasil
produksi pertaniannya masih harus dibagi
lagi dengan pemilik lahan.
Atas dasar itulah, perlu kehadiran
pemerintah untuk bagaimana menyelesaikan masalah yang terjadi pada sektor
pertanian terutama dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Dan momen pilkada
yang akan dihelat pada tahun 2017 menjadi salah satu peluang bagi calon kepala
daerah untuk memberikan solusi terhadap permasalahan sektor pertanian. Pada
pilkada serentak tahun 2017, ada dua calon cagub cawagub yang akan bertarung
untuk memenangkan pilihan hati rakyat Banten.
Pasangan calon yang pertama Wahidin
Halim-Andika Hazrumy, mengusung visi Banten Sejahtera. Dengan misi yang akan
diusung yaitu dengan meningkatkan
pertumbuhan dan pemerataan ekonomi dengan cara pemberdayaan ekonomi masyarakat
miskin khususnya petani dan nelayan, serta pengendalian inflasi daerah. Hal ini
tidak dapat dipungkiri, karena meski perekonomian tumbuh bahkan diatas
pertumbuhan nasional namun belum mampu memberikan kesejahteraan yang merata
bagi masyarakat Banten. Masih ada ketimpangan antar Kabupaten/Kota di Banten.
Terlebih bagi petani dan nelayan yang sebagian besar tinggal di perdesaan,
tingkat kemiskinannya semakin bertambah.
Misi ini harus bisa direalisasikan dalam bentuk
program yang mampu mensejahterakan petani dan nelayan. Bagaimana kebijakan
harga pokok pembelian gabah yang menguntungkan petani, subsidi pertanian,
memangkas rantai distribusi barang kebutuhan konsumsi sehingga akan menurunkan tingkat
inflasi di tingkat perdesaan. Mengingat harga kebutuhan konsumsi lebih elastis
daripada harga komoditas pertanian. Selain itu itu kenaikan harga kebutuhan
konsumsi berpengaruh 62 persen terhadap penurunan tingkat kesejahteraan petani
di Banten. Bagi petani dan nelayan bagaimana meningkatkan nilai tambah produk
pertanian dan perikanan sehingga mampu memberikan pendapatan yang lebih selain
tentu memperpanjang daya tahan produk.
Sedangkan pasangan calon yang kedua Rano Karno-Embay
Mulya, mengusung visi Banten maju dengan struktur ekonomi berbasis industri dan
pertanian yang tangguh. Adapun misi yang akan dilakukan adalah dengan meningkatkan
dan melindungi usaha ekonomi kerakyatan petani, nelayan, dan UMKM. Bahwa
perekonomian Banten ditopang oleh sektor industri sebesar 33,48 persen adalah
benar adanya. Selain itu karakteristik industri di Banten merupakan industri
yang padat modal dan teknologi, yang dalam peningkatan produktifitasnya tidak
mengandalkan penambahan tenaga kerja baru. Karena dalam pertumbuhannya sebesar
3,31 persen terjadi pengurangan jumlah tenaga kerja hingga 81 ribu orang dalam
setahun terkahir. Jangan sampai struktur perekonomian Banten yang didominasi
oleh sektor industri tersebut tidak memberikan manfaat kepada masyarakat,
karena nilai tambah yang dihasilkan hanya menguntungkan pemilik modal saja
Sektor pertanian meski sedikit kontribusinya dalam
perekonomian Banten, namun masih menyimpan potensi yang sangat besar. Jika
selama ini hasil panen dan tangkapan perikanan hanya dijual sesuai produk asli,
namun untuk kedepannya bagaimana meningkatkan nilai tambah bagi produk pertanian
dan perikanan Banten sehingga memberikan nilai ekonomi yang lebih tinggi. Pelatihan
dalam pengolahan produk pertanian serta pemasaran dengan memanfaatkan
tekonologi mutlak diperlukan. Sehingga akan tumbuh industri-industri baru yang
memanfaatkan sumberdaya alam lokal dan juga tenaga kerja lokal. Sehingga berbasis
industri yang dimaksud disini mampu meningkatkan kesejateraan masyarakat Banten
secara menyeluruh.
Uraian diatas harus menjadi perhatian bagi pemerintah dan calon kepala daerah selanjutnya. Harapannya
Provinsi Banten yang memiliki potensi lahan pertanian yang luas ini
menjadi salah satu lumbung pangan yang memberikan kontribusi besar dalam perekonomian. Tidak cukup upaya peningkatan produktifitas petanian saja, namun
juga harus mampu meningkatkan kesejahteraan petani dimasa yang akan datang.
Dimuat di harian Satelit News , 8
Desember 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar