Setiap
tanggal 28 Oktober masyarakat Indonesia memperingati
hari sumpah pemuda. Tahun ini akan diperingati hari sumpah pemuda yang ke 88.
Adapun tema sumpah pemuda yang diusung oleh Kementrian Pemuda dan Olahraga
Republik Indonesia tahun ini adalah Pemuda Indonesia Menatap Dunia. Untuk bisa menatap
dunia, diperlukan pemuda-pemuda yang berkarakter unggul. Sedangkan untuk
kondisi pemuda Indonesia saat ini seperti apa? Peran apa yang telah mereka
lakukan dalam pembangunan bangsa ini?
Sebelum jauh
kita berbicara tentang pemuda, terlebih dahulu mari kita definisikan siapa yang
disebut sebagai pemuda itu. Menurut United Nations Educational, Scientific
and Cultural Organization (UNESCO) pemuda didefinisikan sebagai “…a period of transition from the
dependence of childhood to adulthood’s independence and awareness of our
interdependence as members of a community…”. Artinya “pemuda” adalah
mereka yang sedang menjalani transisi dari masa kanak-kanak menuju periode
ketika mereka dituntut untuk menjadi lebih mandiri dan independen. Pada periode
tersebut, mereka juga diharapkan untuk memiliki kepekaan sebagai bagian dari
masyarakat tempatnya beraktivitas. Sedangkan dari usia UNESCO membatasi mereka
yang disebut sebagai pemuda adalah mereka yang berumur 15-24 tahun. Di
Indonesia merujuk pada Undang-Undang No. 40/2009, pemuda adalah warga negara
Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia
16-30 tahun.
Kembali
kepada kondisi pemuda Indonesia saat ini, maka kita akan merujuk pada penduduk
yang berusia 16 hingga 30 tahun. Teringat ucapan Sang Proklamator RI, Ir.
Soekarno “ Beri Aku 10 Pemuda, maka Akan Aku Goncang Dunia”. Begitu besar
potensi yang dimiliki oleh pemuda, selain karena fisik yang masih prima,
semangat yang menyala, dan juga kapasitas intelektual yang masih segar yang
siap menampung berbagai ilmu pengetahun dan keterampilan. Dengan potensi
tersebut harusnya pemuda Indonesia mampu berkontribusi dan mengambil peran
dalam pembangunan di Indonesia.
Terlebih pada tahun 2020-2030, Indonesia akan mengalami suatu masa
keemasan yang bernama bonus demografi. Dikatakan bonus demografi karena setiap
negara hanya akan memperoleh masa emas tersebut hanya satu kali saja. Pada masa
bonus demografi tersebut, usia produktif lebih banyak sehingga angka
ketergantungan semakin kecil. Dengan tingginya penduduk usia produktif
diharapkan mampu secara optimal berkontribusi dalam pembangunan ekonomi maupun
pembangunan manusia di Indonesia. Hal yang tidak kita harapkan adalah jangan
sampai dari segi usia tergolong produktif namun dari segi kualitas rendah, baik
dari pendidikan, keterampilan, kesehatan, maupun dari segi karakter dan sikap.
Sehingga dengan kondisi demikian tidak akan mampu bersaing dengan bangsa lain
dalam era perdagangan bebas seperti sekarang ini. Jangan sampai pula, usia emas
tersebut menambah beban negara, dengan
tingginya sosial cost yang
harus dikeluarkan negara sebagai akibat dari rendahnya kualitas SDM di
Indonesia.
Pada saat ini kita dapati banyak pemuda Indonesia yang berprestasi
tidak hanya di kancah nasional namun juga internasional. Jika saat ini banyak
pemuda kita yang memenangkan medali emas di berbagai ajang olimpiade sains
internasional, menang dalam berbagai kontes internasional, hingga berprestasi
dalam ajang olahraga maupun seni tingkat internasional, tentu kita mengharapkan
kelak mereka menjadi generasi penerus yang berkualitas dan berkarakter. Yang
mampu menginspirasi dan menggerakkan pemuda pemudi lainnya di tanah air untuk
meningkatkan kapasitas sesuai dengan bidang yang digelutinya. Bukan merupakan
pemuda yang mudah putus asa, bukan juga pemuda yang mudah memutuskan untuk
mengkahiri hidup hanya karena ditolak porposal skripsinya maupun putus asa
karena merasa kurang diperhatikan. Namun pemuda yang kita harapkan adalah
pemuda yang tangguh, yang tidak mudah menyerah dan penuh tanggung jawab dalam
menjalani pilihannya.
Namun potensi tersebut masih dibayangi dengan
berbagai permasalahan pada pemuda Indonesia saat ini. Dari segi pendidikan,
berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Angka partisipasi Murni (APM)
penduduk usia 16-18 tahun yang sekolah di SMA/sederajat sebesar 59,31 persen. Artinya
masih ada 40,69 persen pemuda dengan usia 16-18 tahun yang tidak melanjutkan
sekolahnya. Sangat disayangkan pemuda-pemuda tersebut tidak mengenyam pendidikan
yang seharusnya mereka peroleh. Bagaimana mereka akan mampu bersaing dengan
sumber daya manusia dari negara lain jika hanya berbekal pendidikan tingkat
menengah saja. Terlebih di era perdagangan bebas Asean seperti sekarang ini.
Bagaimana mereka akan menjadi tuan di negerinya sendiri jika hanya mampu
mengambil bagian di pekerjaan kasar saja karena tidak memiliki ketrampilan
maupun keahlian. Sedangkan penyebab rendahnya partisipasi sekolah pemuda-pemuda
Indonesia disebabkan oleh berbagai faktor, mulai dari faktor ekonomi, faktor
kenakalan remaja, maupun faktor sosial lainnya.
Dari
segi permasalahan sosial, tidak sedikit pemuda Indonesia yang terjerumus dalam
penyalahgunaan narkoba, seks bebas hingga prostitusi online. Pemuda-pemuda yang
bermasalah tersebut tidak akan produktif, bahkan akan menjadi beban bagi negara
Indonesia. Belum lagi tingkat pengangguran di Indonesia yang mayoritas berusia
muda. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) dari hasil Survei Angkatan
Kerja Nasional, jumlah pengangguran terbuka pada bulan Februari 2016 sebanyak 7.024.172
orang dengan jumlah pengangguran lulusan SMA sederajat sebanyak 2.895.026
orang, lulusan Diploma sebanyak 249.362 orang, dan lulusan universitas sebanyak
695.304 orang. Angka pengangguran yang berpendidikan tinggi, setiap tahun
mengalami peningaktan. Banyaknya pengangguran tersebut bisa jadi karena
rendahnya kompetensi dan minimnya soft
skills yang dimiliki oleh calon tenaga kerja sehingga alokasi lapangan
pekerjaan tidak sepenuhnya terpenuhi. Selain itu juga masih melekatnya
mentalitas untuk mencari pekerjaan ketimbang menciptakan pekerjaan sendiri bagi
para lulusan pendidikan tinggi tersebut.
Dengan
kenyataan tersebut, diperlukan kehadiran pemerintah dengan memberikan banyak
pelatihan keterampilan yang akan meningkatkan kapasitas dan daya saing pemuda
Indonesia. Sehingga mampu berkreasi membangun usaha dan membuka peluang
pekerjaan bagi masyarakat yang lainnya. Terlebih untuk industry kreatif yang
membuka peluang usaha yang tanpa batas. Bisa dibayangkan bagaimana anak-anak kampung
lulusan sekolah menengah yang diberikan pelatihan mendesain dengan beberapa software mampu memenangkan kontes desain
logo secara online yang menghasilkan ratusan hingga ribuan dollar setiap
bulannya. Bahwa sebenarnya pemuda Indonesia memiliki potensi dan talenta yang
tinggi harus diakui, tinggal bagaimana pemuda Indonesia mau belajar dan
berusaha untuk menjadi lebih maju. Bagaimana pemuda Indonesia membangun
karakter yang tangguh, pekerja keras yang penuh tanggung jawab. Sehingga dengan
potensi yang dimilikinya menjadi sebuah kekuatan yang mampu berkontribusi dalam pembangunan di Indonesia dan bersiap
dalam menatap dunia.
Dimuat di harian Satelit News, 31
Oktober 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar