Provinsi Banten yang terbentuk pada
Bulan Oktober 2000 kini telah berusia lebih dari 16 tahun. Banyak perkembangan dan kemajuan yang telah
dicapai oleh provinsi ini baik dalam pembangunan manusia maupun dalam
pembangunan ekonomi. Capaian ini tidak terlepas dari program-program
pembangunan oleh pemerintah pusat maupun pemerintah daerah.
Pembangunan yang telah dilakukan di
Provinsi Banten selama lebih dari 16 tahun telah menghasilkan banyak kemajuan.
Pembangunan yang bertujuan untuk mensejahterakan masyarakat dan menjadikan
manusia tidak hanya sebagai subyek pembangunan namun juga menjadikan manusia
sebagai objek atau tujuan dari pembangunan itu sendiri. Menilik capaian
pembangunan manusia di Provinsi Banten yang diukur dengan Indeks Pembangunan
Manusia (IPM), telah terjadi kenaikan dari 65,3 pada tahun 2001 menjadi 70,27
pada tahun 2015 dan masuk kategori tinggi tingkat pembangunan manusianya. Jika
pada tahun 2001 Provinsi Banten menduduki posisi rangking 20 secara nasional,
maka pada tahun 2015 naik ke posisi delapan diantara 34 provinsi di Indonesia.
Peningkatan capaian indeks pembangunan manusia ini tidak terlepas dari upaya
pemerintah dalam melakukan pembangunan di seluruh sektor kehidupan termasuk
juga pelayanan di bidang kesehatan dan pendidikan. Indeks Pembangunan Manusia
(IPM) tersebut dihitung dari angka harapan hidup, rata-rata sekolah, harapan
lama sekolah, dan pengeluaran disesuaiakan.
Dari segi perekonomian regional,
produk domestik regional bruto (PDRB) atas harga berlaku pada tahun 2001
nilainya sebesar Rp. 50,215 triliun, maka pada tahun 2015 nilai PDRB atas harga
berlaku Provinsi Banten melesat mencapai 477,936 Triliun atau mengalami
kenaikan sebesar 851,78 persen dalam waktu 16 tahun. Selain itu selama 16 tahun
telah terjadi pergeseran Struktur perekonomian di provinsi banten. Jika pada
tahun 2005 sektor pertanian berkontribusi 8,86 persen terhadap perekonomian
Banten, maka pada tahun 2015 kontribusinya menurun menjadi 6,15 persen. Demikian
juga untuk sektor industri pengolahan yang menopang perekonomian Banten 52,61
persen pada tahun 2000 mengalami penurunan kontribusi menjadi 32,80 persen pada
tahun 2015. Meskipun sektor industri pengolahan masih mendominasi perekonomian
Propinsi Banten, namun kontribusinya mengalami penurunan sehingga terjadi
pergeseran struktur perekonomian dari sektor primer (pertanian dan
pertambangan/penggalian) dan sektor sekunder (industri pengolahan, bangunan,
dan listrik, air, gas) kepada sektor tersier (perdagangan dan jasa). Pergeseran
ini menunjukkan bahwa perekonomian Provinsi banten semakin maju dan berkembang.
Apabila dilihat dari pertumbuhan
ekonomi, pada tahun 2015 perekonomian Banten tumbuh sebesar 5,37 persen dan berada
diatas rata-rata pertumbuhan ekonomi nasional yang tumbuh sebesar 4,79 persen. Sektor
yang tumbuh melesat pada tahun 2015 adalah sektor informasi komunikasi,
kontruksi, dan jasa keuangan dan asuransi. Kinerja perekonomian yang berada
diatas pertumbuhan ekonomi nasional ini tentu tidak hanya menguntungkan bagi
dunia usaha maupun swasta, namun juga meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Hal ini dikarenakan perekonomian yang tumbuh dan berkembang akan membuka
kesempatan usaha dan menyerap lebih banyak tenaga kerja. Dengan demikian akan
meningkatkan daya beli dan kesejahteraan masyarakat. Hal ini terlihat pada
menurunnya tingkat pengangguran dan jumlah penduduk miskin selama 12 tahun
terakhir. Jika pada tahun 2002 jumlah penduduk miskin di Provinsi Banten
sebanyak 9,22 persen, maka pada bulan Maret 2016 jumlah penduduk miskin turun
menjadi 5,42 persen. Demikian juga untuk tingkat pengangguran mengalami
penurunan dari 17,45 persen pada tahun 2003 menjadi 7,95 persen pada kondisi
Bulan Februari 2016.
Berbagai kemajuan yang telah dicapai tersebut hendaknya memacu
calon pemimpin selanjutnya untuk memberikan yang terbaik bagi masyarakat
Banten. Salah satu PR (pekerjaan rumah) untuk para calon pemimpin Banten
selanjutnya adalah bagaimana mengatasi ketimpangan pembangunan sosial ekonomi
di seluruh Kabupaten/Kota di Propinsi Banten. Karena
pada kenyataannya hal tersebut masih menyisakan kesenjangan yang lebar antara
pembangunan di Banten bagian utara dan Banten bagian selatan.
Demikian
juga untuk jumlah penduduk miskin di Banten Selatan
lebih banyak jika dibandingkan dengan Banten Utara. Mengingat Banten Selatan lebih dominan sektor pertanian, maka untuk mengatasi
kemiskinan tersebut dapat dilakukan dengan mengoptimalkan
sektor pertanian di daerah selatan. Sedangkan untuk Banten Utara, tidak dapat
dipungkiri bahwa perekonomian Banten Utara lebih banyak didukung oleh industri
pengolahan dengan padat modal asing yang bisa jadi nilai tambahnya tidak
dinikmati secara seluruhnya untuk kemajuan Banten. Namun keberadaan industri
pengolahan ini bagaikan magnet bagi penduduk usia
produktif dengan bekal pendidikan tinggi
untuk melakukan migrasi ke wilayah Banten Utara. Terlebih untuk Tangerang Raya yang merupakan kota
satelit bagi Ibukota Jakarta, yang mendukung bagi penduduk dalam melakukan
aktifitas ekonomi di Jakarta.
Capaian-capaian diatas merupakan
sebuah kemajuan yang harus terus ditingkatkan, terlebih bagi para bakal calon
gubernur yang akan maju pada pilkada langsung tahun 2017. Meskipun yang uraikan
di atas baru sebatas aspek pembangunan manusia dan ekonomi, belum menyangkut
tentang pembangunan infrastuktur, keuangan daerah, dan berbagai pelayanan
masyarakat lainnya. Dan tidak ada gading yang tak retak, tentu masih banyak
kekurangan yang harus dibenahi. Harapannya pada momen pilkada langsung tahun
depan akan terpilih pemimpin baru yang mampu membawa Banten menjadi lebih baik
dimasa yang akan datang.
Dimuat di harian Banten Pos, 14 Oktober 2016 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar