Halaman

Kamis, 30 Juni 2016

PENGUATAN PERAN KELUARGA DALAM PENDIDIKAN ANAK


(Dimuat di Wacana Warta Banten,29 Juni 2016)


Anak-anak adalah generasi penerus pada masa yang akan datang. Mereka adalah pemimpin pada masanya kelak. Di tangan merekalah masa depan bangsa ini akan dilanjutkan. Apakah akan mengantarkan bangsa ini pada kejayaan, hingga menjadikan Indonesia sebagai sepenggal firdaus di muka bumi yang penuh keindahan dengan masyarakat aman dan sejahtera? Ataukah mengantarkan Indonesia menjadi bangsa yang terpuruk yang tidak mampu berdiri diatas kaki sendiri hingga menjadi beban negara-negara lain?
Menurut badan Pusat Statistik jumlah penduduk yang berusia 0-14 tahun saat ini sebanyak 27,3 persen atau sekitar 69,59 juta jiwa. Dalam 20 hingga 30 tahun mendatang, mereka akan menjadi manusia dewasa yang siap menangguung amanah dalam membangun Indonesia. Terlebih pada tahun 2020-2030, Indonesia akan mengalami suatu masa keemasan yang bernama bonus demografi. Dikatakan bonus demografi karena setiap negara hanya akan memperoleh masa emas tersebut hanya satu kali saja. Pada masa bonus demografi tersebut, usia produktif lebih banyak sehingga angka ketergantungan semakin kecil. Dengan tingginya penduduk usia produktif diharapkan mampu secara optimal berkontribusi dalam pembangunan ekonomi maupun pembangunan manusia di Indonesia. Hal yang tidak kita harapkan adalah jangan sampai dari segi usia tergolong produktif namun dari segi kualitas rendah, baik dari pendidikan, ketrampilan, kesehatan, maupun dari segi karakter dan sikap. Sehingga dengan kondisi demikian tidak akan mampu bersaing dengan bangsa lain dalam era perdagangan bebas seperti sekarang ini. Jangan sampai pula, usia emas tersebut menambah beban negara, dengan  tingginya sosial cost yang harus dikeluarkan negara sebagai akibat dari rendahnya kualitas SDM di Indonesia.
            Untuk menyongsong era bonus demografi dan era-era selanjutnya tersebut, kita harus mulai mempersiapkan dari sekarang. Darimana kita memulai? Sumber daya manusia yang akan menjadi subjek sekaligus objek pada masa tersebut saat ini mereka masih anak-anak. Jadi mulai dari merekalah kita akan mempersiapkan generasi yang siap menyongsong masa depan bangsa ini. Generasi berkualitas yang tidak hanya ungul secara intelektual, namun generasi berkarakter yang penuh tanggungjawab. Menurut praktisi pendidikan Prof. Suyanto Ph.D, karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama dalam lingkup keluarga, masyarakat, berbangsa dan bernegara.
Pembentukan karakter bukanlah perkara mudah yang bisa dibentuk dalam waktu yang instan dan singkat melalui pelatihan maupun seminar kepribadian. Namun karakter ini harus dibiasakan dalam waktu yang lama dan diperlukan keteladanan. Sehingga diperlukan lingkungan yang mendukung anak dalam proses pembentukan karakter tersebut. Baik itu lingkungan keluarga, sekolah, hingga lingkungan sosial masyarakat. Dari tiga lingkungan tersebut, keluarga menjadi elemen yang sangat penting dalam pendidikan anak. Keluarga merupakan elemen terkecil namun berpengaruh sangat besar dalam masa depan anak. Pendidikan anak menjadi hal yang tidak boleh kita lupakan dan abaikan. Karena mulai dari anak-anaklah, karakter dan nilai-nilai luhur mulai dibentuk.
Keluarga tidak hanya berfungsi sebagai sarana untuk melanjutkan keturunan saja, namun lebih dari itu. Keluarga adalah tempat pendidikan pertama dan utama bagi anak. Di rumahlah anak akan menghabiskan sebagian besar waktunya dalam pembentukan karakter dan jiwanya. Selain itu pendidikan karakter serta nilai-nilai kebaikan dan moral perlu pembiasaan dari kecil hingga dewasa. Anak-anak  ibarat spon yang mudah menyerap berbagai nilai. Sehingga jika bukan nilai-nilai kebaikan yang kita tanamkan maka nilai-nilai keburukanlah yang akan diserap oleh anak. Dan hal ini tentu membutuhkan keteladanan tidak hanya dari orang tua, namun juga seluruh anggota keluarga. Jika keluarga diibaratkan sebuaha sekolah maka peran orang tua adalah sebagai guru yang mengajarkan nilai-nilai kebaikan penuh selama 24 jam sehari.
Pada saat ini kita dapati banyak anak-anak Indonesia yang berprestasi tidak hanya di kancah nasional namun juga internasional. Jika saat ini banyak anak-anak kita yang memenangkan medali emas di ajang olimpiade sains internasional, menang dalam kontes robotik internasional, hingga berprestasi dalam ajang olahraga mapun seni internasional, tentu kita mengaharapkan kelak mereka menjadi generasi penerus yang berkualitas dan berkarakter. Bukan generasi yang mudah putus asa, bukan generasi yang mudah memutuskan untuk mengkahiri hidup hanya karena ditolak porposal skripsinya maupun putus asa karena merasa kurang diperhatikan. Namun generasi yang kita harapkan adalah generasi yang tangguh, yang tidak mudah menyerah dan penuh tanggung jawab dalam menjalani pilihannya.
Jika saat ini kita banyak membaca dan mendengar berita tentang kasus bulliying yang dilakukan oleh anak-anak, kasus pengguna dan pengedar narkoba oleh anak-anak. Maka itulah kenyataan yang harus segera dicari penyelesainnya. Bahwa tidak cukup menyerahkan pendidikan anak-anak kepada sekolah dan lingkungan. Tidak cukup menyerahkan anak-anak bermasalah pada panti rehabilitasi. Namun kembali perlu menguatkan peran keluarga dalam pendidikan anak. Perlu mendidik anak dengan penuh rasa cinta dan kasih sayang serta keteladanan. Sekali lagi, anak-anak memerlukan keteladanan sehingga mempunyai role model, contoh dalam menerapkan nilai-nilai karakter kebaikan tersebut. Tidak perlu berlebihan dalam melindungi anak, karena hal tersebut akan menjadikan anak bermental manja, tidak memiliki tanggungjawab dan daya juang. Namun juga tidak mengedepankan kekerasan dalam mendidik anak, karena hal tersebut akan menjadikannya pemberontak yang berpotensi menjadi pelaku bulliying di luar rumah.
Mendidik anak harus dengan proposional, ada saatnya memberikan pujian namun ada saatnya pula memberikan hukuman yang mendidik. Sehingga anak mengerti akan arti sebuah tanggung jawab dan paham konsekuensi dari setiap pilihan. Tidak ada kata terlambat untuk menyadari arti pentingnya keluarga dalam pendidikan anak. Demikian juga tidak ada kata terlambat untuk memulai. Mari jadikan anak Indonesia menjadi generasi berkualitas yang berkarakter unggul penuh dengan nilai-nilai yang luhur.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#139 Kemiskinan Dalam Tekanan Inflasi

Tren penurunan jumlah penduduk miskin pasca pandemi sedikit terganggu dengan lonjakan inflasi yang terjadi pada akhir tahun 2022. Hal ini di...