Pada tanggal 8-15 Maret 2016 Pemerintah Indonesia menyelenggarakan
pekan imunisasi nasional (PIN) yang bertujuan untuk mendukung tercapainya
eradiksi polio di dunia pada akhir 2020. Meskipun Indonesia sudah dinyatakan
bebas polio pada 27 Maret 2014, namun virus polio masih bisa menyebar kembali
di Indonesia karena ada dua negara yang belum bebas polio yaitu Pakistan dan
Afganistan. Pemberian vaksin polio diberukan pada anak-anak usia 0-59 bulan.
Pekan imunisasi merupakan salah satu program pemerintah secara
serentak di seluruh Indonesia. Upaya ini dilakukan oleh pemerintah untuk
meningkatkan kesehatan masyarakat untuk kualitas hidup yang lebih baik.
Keberhasilan program ini tentu memerlukan dukungan dan partsisipasi dari
seluruh rakyat Indonesia. Termasuk sosialisasi dan penyiapan tenaga kesehatan
yang menjangkau seluruh pelosok tanah air Indonesia. Dalam sebuah pengawasan
Survei Sosial Ekonomi Nasional yang dilakukan oleh Badan Pusat statistik,
penulis masih menemukan masyarakat yang sama sekali tidak melakukan imunisasi
terhadap putra putrinya. Hal itu dilakukan karena adanya ketakutan jika
balitanya diimunisasi maka akan panas. Sehingga dengan alasan itulah beberapa
warga tidak memberikan imunisasi kepada balitanya. Alasan seperti ini jelas
sangat disayangkan, apalagi jika ternyata kejadian seperti itu merupakan
fenomena gunung es, kelihatannya sedikit di permukaan namun banyak dibawahnya.
Sehingga dibutuhkan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat tentang
program–program pemerintah di bidang kesehatan.
Upaya peningkatan kualitas kesehatan masyarakat ini erat kaitannya
dengan capaian pembangunan manusia. Sebagaimana diketahui bahwa salah satu alat
ukur yang digunakan dalam mengukur tingkat pembangunan manusia adalah indeks
pembangunan manusia (IPM). Komponen dari indeks pembangunan manusia adalah
angka harapan hidup, harapan lama sekolah, rata-rata lama sekolah, dan
pengeluaran per kapita disesuaikan.
Angka harapan hidup (AHH) ini berkaitan erat dengan kualitas
kesehatan masyarakat. Jika kualitas kesehatan masyarakat baik maka harapan
hidup setiap bayi yang baru lahir juga akan semakin panjang. Kesehatan
masyarakat ini memerlukan kesadaran
komunal akan pentingnya menjaga kesehatan, sehingga tercipta lingkungan yang
sehat. Bisa dibayangkan jika dalam satu komunitas ada satu saja yang terjangkit
virus atau penyakit karena enggan untuk mengikuti vaksinasi, maka akan
merugikan dan turut serta mengancam individu lainnya yang sudah berusaha untuk
menjaga kesehatan. Jadi kesadaran bersama ini sangat diperlukan untuk kualitas
hidup yang lebih baik.
Dengan kualitas kesehatan yang baik juga akan berpeluang untuk
mengikuti pendidikan lebih lama dan memperoleh penghasilan secara ekonomi yang
layak. Seseorang yang sehat akan mudah
dan berpeluang besar untuk mengikuti pendidikan yang lebih tinggi sehingga
rata-rata lama sekolah juga akan meningkat. Jika pada tahun 2014 rata-rata lama
sekolah di provinsi Banten sebesar 8,19 tahun atau rata-rata pada jenjang kelas
3 sekolah menengah pertama, maka di tahun-tahun selanjutnya diharapkan
rata-rata lama sekolah akan semakin meningkat.
Komponen ketiga dalam pembentukan IPM adalah rata-rata pengeluaran
disesuaikan. Nilai rata-rata pengeluaran ini berkaitan dengan kemampuan daya
beli masyarakat. Dengan kualitas kesehatan yang baik, peluang memperoleh
pendidikan juga semakin tinggi, maka semakin besar pula peluang untuk
memperoleh pekerjaan atau menciptakan usaha di bidang ekonomi. Sehingga hal ini
akan memberikan penghasilan yang layak untuk mencukupi kebutuhan hidupnya.
Dengan kemampuan mencukupi kebutuhan hidupnya secara langsung akan
menghindarkan yang bersangkutan dari jurang kemiskinan.
Selain hal yang tersebut diatas, kualitas kesehatan penduduk sangat
diperlukan dalam rangka menyongsong bonus demografi di Indonesia pada tahun
2020-2035. Bonus demografi adalah suatu kondisi dimana usia produktif (15-64
tahun) lebih banyak dibandingkan dengan usia non produktif (0-15 tahun dan
lebih dari 65 tahun). Dinamakan bonus karena tidak semua negara akan
memprolehnya dan dibutuhkan waktu hingga
beratus tahun untuk mencapai kondisi tersebut, sehingga tidak mengherankan jika
bonus demografi itu mungkin hanya terjadi sekali untuk satu negara.
Pada kondisi bonus demografi tersebut sangat menguntungkan bagi
bangsa Indonesia. Melimpahnya sumber daya manusia yang produktif akan mendorong
pembangunan dan kemajuan ekonomi bangsa. Jika pada tahun 2015 perekonomian
tumbuh sebesar 4,79 persen, maka dengan bonus demografi tersebut harapannya
ekonomi Indonesia akan tumbuh melesat bersaing dengan Negara-negara maju
lainnya. Namun satu hal yang tidak boleh dilupakan yiatu usia produktif
tersebut juga harus didukung oleh kualitas pendidikan, kesehatan, dan
ketrampilan/skills. Jangan sampai dari segi usia termasuk kriteria usia
produktif namun tidak memiliki kualifikasi atau kapasitas karena faktor
kesehatan yang rendah. Sehingga yang timbul adalah meningkatnya angka
ketergantungan terhadap individu yang lain. Demikian juga pada era masyarakat
Ekonomi Asean yang dimulai awal tahun 2016 ini, diperlukan sumberdaya manusia
yang tidak hanya memiliki ketrampilan atau kemampuan saja, namun juga
diperlukan kesehatan yang memadai, sehingga mampu bersaing dengan tenaga kerja
maupun SDM dari negara ASEAN lainnya.
Penjagaan
kesehatan diperlukan kesadaran oleh semua individu. Pada saat pemerintah tengah
berupaya menjalankan progran pelayanan kesehatan secara maksimal, maka dukungan
dan partisipasi aktif masyarakat mutlak diperlukan. Dan pekan imunisasi
nasional merupakan salah satu bentuk pelayanan kesehatan untuk masyarakat
Indonesia. Mari jadikan kualitas kesehatan bangsa indonesia lebih baik agar
tercapai pembangunan manusia yang
berkelanjutan. Pembangunan yang mampu menciptakan lingkungan yang memungkinkan
rakyat Indonesia untuk menikmati umur panjang, sehat, dan menjalankan kehidupan
yang produktif.
Dimuat di harian Radar Banten,18 Maret
2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar