Tahun
2015 yang baru saja berlalu merupakan tahun yang penuh tantangan bagi
perekonomian Indonesia. Kondisi perekonomian global yang tidak stabil
menjadikan perekonomian Indonesia semakin tidak menentu. Sedangkan perbaikan
perekonomian dunia tidak secepat yang diperkirakan sehingga menjadikan
permintaan ekspor barang dari Indonesia mengalami perlambatan. Selain itu
penurunan harga komoditas dunia semakin menekan permintaan barang ekspor dari
Indonesia. Belum lagi kebijakan The Fed dalam menaikkan suku bunga acuan yang
diwacanakan dari awal tahun hingga terealisasi pada Bulan Desember 2015
mengakibatkan tidak stabilnya nilai tukar rupiah terhadap mata uang dolar
Amerika Serikat. Sebagai Negara berkembang (emerging
market), Indonesia turut merasakan adanya pergeseran arus modal asing
keluar dari Indonesia.
Situasi ditataran global tersebut
diperberat oleh berbagai permasalahan struktural pada perekonomian domestik,
yang sesungguhnya bukan merupakan hal baru karena sudah berlangsung selama
beberapa tahun terakhir. Permasalahan struktural tersebut antara lain ekspor
yang masih didominasi produk berbasis sumber daya alam (SDA), ketahanan pangan
dan energi yang masih rendah, pasar keuangan yang masih dangkal, serta
ketergantungan pembiayaan eksternal yang meningkat. Kondisi ekonomi global yang
kurang kondusif dan sejumlah permasalahan domestik yang mengemuka tersebut pada
gilirannya meningkatkan resiko instabilitas perekonomian Indonesia yang
ditandai dengan melemahnya nilai tukar rupiah dan meningkatnya angka inflasi.
Di
tingkat regional, Indonesia dihadapkan pada tantangan baru seiring dengan
diberlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) pada awal tahun 2016 ini. Dengan
jumlah penduduk Indonesia yang mencapai 255 juta pada tahun 2015, tentu ini
menjadi pangsa pasar yang besar bagi negara-negara ASEAN. Agar mampu bersaing
dengan produk Negara ASEAN yang murah dan berteknologi tinggi maka barang
produksi Indonesia harus memiliki kualitas yang baik. Sehingga akan menjadi
pilihan utama bagi masyarakat Indonesia dalam memenuhi kebutuhan sehari-hari.
Dan target terbesarnya adalah bagaimana produk Indonesia juga mampu bersaing
hingga mampu menembus pasar negara yang tergabung dalam MEA maupun negara asing
lainnya. .
Salah
satu kendala yang dihadapi oleh pelaku usaha di Indonesia dalam meningkatkan
daya saing adalah ketiadaan informasi
mengenai pangsa pasar usaha
yang akurat. Untuk mengatasi kendala
tersebut, salah satu langkah yang dilakukan pemerintah adalah dengan menyelenggarakan Sensus
Ekonomi tahun 2016 (SE2016). Sensus Ekonomi yang diselenggarakan oleh Badan
Pusat Statistik (BPS) pada bulan Mei 2016 bertujuan untuk memberikan gambaran
lengkap tentang level dan struktur ekonomi, memperoleh informasi dasar semua
sektor ekonomi, mengetahui karakteristik usaha dan mengetahui daya saing bisnis
di Indonesia. Melalui sensus ekonomi yang dilakukan
setiap sepuluh tahun sekali ini akan didata seluruh usaha ekonomi kecuali sektor pertanian yang ada di Indonesia. Karena untuk sektor pertanian sudah tercakup dalam Sensus
Pertanian 2013 (ST2013). Pendataan usaha pada SE2016 ini akan mencakup semua jenis
usaha ekonomi, jumlah tenaga kerja, pengeluaran, omset, investasi, prospek bisnis
hingga kendala usaha yang dihadapi oleh para pelaku usaha. Seluruh jenis usaha ekonomi
baik usaha besar maupun usaha mikro kecil menengah akan didata oleh petugas sensus yang terlatih dan
serentak dilakukan di seluruh Indonesia.
Dengan mengetahui jenis dan jumlah usaha di suatu wilayah
maka akan dapat diketahui bagaimana persaingan usaha di
daerah tersebut. Disandingkan
dengan jumlah penduduk yang merupakan pangsa pasar maka akan diketahui berapa kebutuhan produk sejenis
dan kemampuan produksi dari usaha yang ada di wilayah tersebut. Selain itu
melalui Sensus Ekonomi juga dapat diketahui tujuan pemasaran atau distribusi produk yang dihasilkan. Informasi
ini sangat berguna bagi pelaku usaha untuk mengukur potensi pasar
dalam mengembangkan usaha. Selain
itu pengetahuan tentang jumlah
pesaing dan jumlah pangsa pasar ini akan menjadi dasar dalam meningkatkan
kualitas produk agar mampu bersaing dengan produk sejenis
yang berasal dari daerah lain maupun produk sejenis dari luar negeri. Sedangkan bagi investor hal ini sangat berguna untuk
mengetahui prospek bisnis dalam perencanaan invetasi.
Mengingat
pentingnya data yang dihasilkan oleh kegiatan Sensus
Ekonomi
tahun 2016 (SE2016), maka
diperlukan partisipasi dari seluruh elemen bangsa Indonesia. Kepada Kementrian/Lembaga/Pemerintah
Daerah diharapkan menginformasikan kepada para pelaku usaha/pengelola kegiatan
terutama yang berada di bawah binaannya untuk menerima petugas SE2016 dan
memberikan informasi dengan benar. Demikian juga kepada perhimpunan pengusaha
agar berkenan memberitahukan kepada para pengusaha/anggota himpunan untuk
menerima petugas dan memberikan data dengan benar. Tidak lupa juga kepada
seluruh pelaku usaha di Indonesia diharapkan agar memberikan data sesuai dengan
kondisi yang sebenarnya. Harapannya hasil dari Sensus
Ekonomi ini mampu memotret secara utuh perekonomian sehingga menjadi landasan dalam
penyusunan kebijakan, perencanaan, dan evaluasi pembangunan di Indonesia.
Dimuat di harian Banten Raya 5 Februari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar