Halaman

Jumat, 22 Januari 2016

potensi Ekonomi Dari Bisnis Online


Di era kamajuan teknologi dan komunikasi yang semakin canggih seperti sekarang ini, segala bentuk interaksi bisa dengan mudah dilakukan tanpa terkendala ruang dan waktu. Tidak terkecuali kegiatan transaksi jual beli barang dan jasa secara online. Fenomena bisnis online dan belanja online ini juga terjadi di Indonesia, sehingga tidak mengherankan jika para pelaku bisnis online ini mendeklarasikan hari belanja online nasional (Harbolnas) yang jatuh pada setiap tanggal 12 Desember.
Pada event tersebut, banyak toko online yang menwarkan produk-produk berkualitas dengan promo/diskon yang menarik. Dengan system pembayaran yang mudah melalui transfer bank, cicilan kartu kredit dengan bunga 0 persen, klikpay, hingga pembayaran di rumah atau lokasi tertentu dengan Cash On Delivery (COD). Besarnya antusiasme masyarakat Indonesia terhadap belanja online ini terlihat pada nilai transaksi pada 3 hari belanja yaitu 10-12 Desember 2015 yang mencapai 2,1 Triliun Rupiah. Bahkan e-commerce seperti Matahari Mall hingga Bukalapak mengakui bahwa transaski di toko online mereka meningkat hingga 10 kali lipat pada event tersebut.
Fenomena belanja online sudah sangat besar bagaikan candu yang bisa  membuat ketagihan pelakunya. Dengan kemudahan teknologi informasi didukung dengan maraknya penjualan smartphone yang murah, hal ini menyebabkan akses terhadap internet dan transaksi online (daring) semakin meningkat. Masyarakat Indonesia terutama kaum muda sangat akrab dengan situs-situs belanja seperti Lazada, Tokopedia, Olx, Bhinneka, Zalora, Bukalapak, FJB Kaskus, dan masih banyak toko online lainnya. Toko online tersebut menawarkan kemudahan bertransaksi, baik bagi pelaku usaha maupun bagi konsumen. Bagi pelaku usaha, mereka tidak perlu repot menyediakan tempat usaha dengan segala perijinannya, sedangkan bagi konsumen kegiatan belanja online ini sangat menghemat waktu dan tenaga. Konsumen bisa memilih barang-barang kebutuhan tanpa harus meninggalkan rumah bahkan tanpa harus beranjak dari tempat tidur.
Animo masyarakat yang tinggi terhadap belanja online ini juga didukung oleh meningkatnya jumlah masyarakat kelas menengah di Indonesia. Kelas menengah di Indonesia adalah penduduk dengan pendapatan perkapita minimal sebanyak USD 3.000/kapita/tahun. Jika pada tahun 2011 jumlah kelas menengah di Indonesia berjumlah 130 juta jiwa, pada tahun 2015 jumlah kelas menengah di Indonesia meningkat hingga 170 juta jiwa atau lebih dari 66 persen dari seluruh penduduk Indonesia. Meningkatnya jumlah kelas menengah di Indonesia ini menaikkan permintaan terhadap barang-barang berkualitas yang memiliki nilai gengsi tinggi. Apalagi karakter dari kelas menengah ini adalah masyarakat yang berselera tinggi dengan  tingkat pengetahuan dan penguasaan teknologi yang mumpuni. Selain menginginkan barang yang berkualitas, kelas menengah Indonesia ini juga menginginkan system belanja yang mudah dan nyaman. Bagaikan gayung bersambut, meningkatnya kelas menengah ditangkap sebagai peluang pasar yang potensial bagi pelaku bisnis online. Toko online ini berlomba menyediakan barang berkualitas dengan segala kemudahan pembayaran mulai dari diskon yang besar hingga cicilan kredit dengan bunga 0 persen.  
Dilihat dari sektor ekonomi, bisnis online ini potensinya sangat besar terhadap perekonomian Indonesia. Dari data Bank Indonesia memperlihatkan bahwa transaksi online pada tahun 2014 cukup besar hingga mencapai Rp. 34,9 Triliun. Tahun depan diperkirakan nilai transaksi online ini akan meningkat hingga Rp. 224,9 Triliun. Jika pada tahun 2014 sektor perdagangan memberikan sumbangan sebesar 13,38 persen terhadap perekonomian Indonesia, maka dalam beberapa tahun kedepan sektor perdagangan akan semakin besar kontribusinya terhadap perekonomian Indonesia. Hal ini terlihat pada pertumbuhan ekonomi sektor perdagangan pada tahun 2014 sebesar 4,84 persen.
Selain nilai ekonomi yang besar terhadap sektor perdagangan, keberadaan bisnis online juga memberikan efek ganda terhadap sektor ekonomi yang lain. Karena dalam bisnis online ini antara penjual dan pembeli tidak bertemu secara langsung seperti halnya pasar konvensional, maka diperlukan fasilitas layanan yang mendukung kegiatan transaksi. Sektor yang secara langsung terkena imbas dari tumbuhnya bisnis ini adalah sektor angkutan dan komunikasi. Karena penjual dan pembeli terpisahkan oleh jarak, maka diperlukan jasa pengiriman barang dari mulai ekspedisi darat, laut, hingga udara. Dengan meningkatnya transaksi bisnis online ini semakin meningkat pula lalu lintas pengiriman barang. Sektor lain yang ikut terdorong adalah sektor informasi dan perbankan. Karena dalam melakukan bisnis online ini, antara penjual dan pembeli harus terhubung dengan internet, sehingga permintaan akan jasa komunikasi akan meningkat. Demikian juga, karena faktor jarak yang memisahkan antara penjual dan pembeli, maka diperlukan jasa perbankan untuk pembayaran melalui transfer tunai ataupun penggunaan kartu kredit.
 Mengingat besarnya potensi perekonomian yang ditimbulkan dari bisnis online ini, diperlukan kehadiran pemerintah untuk mengatur dan menjamin keamanan dalam melakukan transaksi online. Keberadaan bisnis online ini berbeda dengan bisnis offline yang keberadaanya bisa terlihat dan diketahui. Karena bisnis online tidak memerlukan tempat khusus usaha sehingga tidak mengherankan jika keberadaan bisnis online ini jarang tercover dalam kegiatan pendataan ekonomi. Dalam rangka pemerintah hadir dalam kegiatan ekonomi, pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) akan melakukan kegiatan Sensus Ekonomi pada tahun 2016 (SE2016) untuk mendata seluruh kegiatan ekonomi di Indonesia. Data perekonomian sangat diperlukan untuk evaluasi pembangunan maupun sebagai dasar merumuskan kebijakan bagi pembagunan ekonomi di tingkat nasional maupun tingkat regional. Selain itu data perekonomian ini juga sangat diperlukan bagi investor guna memetakan struktur perekonomian menurut jenis usaha dan untuk mengetahui daya saing bisnis di Indonesia.

Karena pentingnya data perekonomian tersebut, maka dibutuhkan partisipasi dari seluruh pelaku ekonomi di Indonesia tidak terkecuali para pelaku bisnis online. Harapannya data yang dihasilkan akan menggambarkan perekonomian Indonesia secara menyeluruh sehingga segala potensi perekonomian di Indonesia bisa dioptimalkan untuk kemajuan dan kesejahteraan bangsa Indonesia, tidak terkecuali bisnis online ini.
Dimuat di harian Warta Banten, 20 januari 2016

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#139 Kemiskinan Dalam Tekanan Inflasi

Tren penurunan jumlah penduduk miskin pasca pandemi sedikit terganggu dengan lonjakan inflasi yang terjadi pada akhir tahun 2022. Hal ini di...