Tahun 2016 merupakan tahun yang
penuh peluang bagi perekonomian Indonesia, tidak terkecuali bagi Propinsi
Banten. Mulai tahun 2016 ini juga diperlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA)
sehingga menghadirkan peluang pasar yang besar bagi masyarakat di negara-negara
ASEAN. Peluang pasar yang besar ini harus ditangkap guna meningkatkan
perekonomian lokal maupun nasional.
Sebagai daerah yang dekat dengan
ibukota negara, maka sangat memungkinkan Banten menjadi kekuatan penyangga bagi
ibukota Jakarta. Didukung dengan fasilitas seperti pelabuhan Merak dan
Cigading, Bandara internasional Soekarno-Hatta, jalan tol Jakarta-Merak hingga
akses ke pelabuhan Tanjung Priok yang semakin mudah, menjadikan Banten sebagai
tujuan investasi bagi pemilik modal baik dalam maupun luar negeri. Hal ini
terlihat pada nilai investasi baru yang ditanamkan di Propinsi Banten pada
tahun 2014 sebesar 2,0 Miliar USD dari pemilik modal asing dan 8,081 Triliun
Rupiah dari pemilik modal dalam negeri.
Propinsi Banten sebagai salah satu
kekuatan ekonomi Indonesia, menyumbang perekonomian nasional sebesar 4,04
persen atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dengan kontribusi
sebesar 3,95 persen. Selain itu pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2014 sebesar
5,47 persen dan berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional, menjadikan Banten
memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan. Capaian kinerja ekonomi tersebut
menjadi peluang bagi Banten untuk menarik lebih banyak investor guna menanamkan
modalnya di Banten. Harapannya dengan iklim usaha yang semakin kondusif, akan semakin
banyak investor yang menanamkan modalnya, sehingga akan meningkatkan
perekonomian yang pada akhirnya akan mensejahterakan penduduk Banten.
Perekonomian Banten yang sebagian
besar ditopang oleh sektor industri pengolahan, sangat membutuhkan investasi
guna melakukan ekspansi dan meningkatkan produksi manufakturnya. Karena
industri manufaktur di Banten berorientasi ekspor, maka sangat tergantung oleh perekonomian
global terutama perekonomian negara-negara tujuan ekspor. Dengan
diberlakukannya MEA ini, harapannya produk manufaktur Banten akan mampu
bersaing sehingga akan memperluas pemasaran yang pada akhirnya akan
meningkatkan permintaan dan produksi. Jangan sampai jumlah penduduk yang besar
ini hanya sebagai target pemasaran bagi produk-produk impor yang membanjiri
Indonesia.
Meningkatnya permintaan ekspor
secara makro akan meningkatkan surplus neraca perdagangan dan secara mikro akan
meningkatkan kesejahteraan penduduk. Karena dengan meningkatnya permintaan
produk, akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Banten, menyerap tenaga
kerja, menggerakkan sektor ekonomi yang lain yang pada akhirnya akan
meningkatkan daya beli masyarakat.
Jika sektor industri manufaktur di
Banten lebih berorientasi pada pasar internasional, lalu bagaimana dengan
peluang pasar dalam negeri sendiri? Dengan jumlah penduduk mencapai 12 juta
jiwa, dan dengan jumlah kelas menengah yang semakin banyak, maka sangat
memungkinkan Banten menjadi wilayah yang pertumbuhannya sangat cepat. Dengan
dukungan Sumber Daya Manusia yang cukup tinggi, yang ditandai dengan Indeks
Pembangunan Manusia mencapai 69,89 atau peringkat 8 di Indonesia, sangat
memungkinkan bagi Propinsi Banten untuk bersaing dengan propinsi lain di
Indonesia.
Selain itu, kesejahteraan penduduk
di Propinsi Banten juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini
terlihat dari meningkatnya proporsi pengeluaran untuk non makanan. Jika pada
tahun 2013 proporsi pengeluaran untuk non makanan sebesar 52,30 persen, pada
tahun 2014 proporsi pengeluaran untuk non makanan meningkat menjadi 54,60
persen. Asumsinya dengan meningkatnya pengeluaran non makanan, berarti
kebutuhan pangan penduduk Banten sudah terpenuhi bahkan kebutuhan non makanan
semakin mampu dibeli dengan proporsi semakin besar. Dengan terpenuhinya
kebutuhan makanan, maka waktu, tenaga, dan pikiran dari penduduk Banten bisa
dioptimalkan untuk berpikir kreatif dan produktif guna mengembangkan potensi
ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat.
Selain potensi sumber daya manusia,
sektor lain yang memiliki peluang besar dalam perekonomian Banten adalah sektor
pariwisata. Banten merupakan salah satu propinsi yang memiliki daya tarik
wisata pantai, wisata budaya, hingga wisata religi yang menjadikan Propinsi
Banten sebagai tujuan wisata bagi turis domestik maupun mancanegara.
Terlebih lagi pemerintah telah
menetapkan 10 destinasi wisata yang menjadi prioritas pengembangan pada tahun
2016, dan salah satunya adalah Tanjung Lesung yang terletak di Propinsi Banten.
Tanjung Lesung menjadi prioritas utama destinasi pariwisata merupakan peluang
bagi Propinsi Banten untuk
mengoptimalkan potensi yang ada. Potensi besar di bidang pariwisata yang
dimiliki oleh Banten ini harus dibarengi dengan pembangunan fasilitas yang mendukung.
Sehingga dengan kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan akan semakin menarik
minat wisatawan untuk berkunjung ke Banten. Pengembangan kawasan wisata Tanjung
Lesung dan kawasan wisata lainnya secara otomatis akan meningkatkan
perekonomian Banten sehingga kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar
kawasan wisata juga akan meningkat. Karena dengan berkembangnya sektor
pariwisata, maka akan menggerakkan sektor ekonomi lain seperti
penginapan/hotel, penyediaan makan minum/restoran, transportasi hingga usaha
kecil yang dikelola oleh masyarakat.
Pada tahun 2014 pertumbuhan sektor
jasa akomodasi dan makan minum mengalami pertumbuhan sebesar 11,81 persen, jauh lebih cepat jika
dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 3,89 persen. Hal
ini juga terlihat dari jumlah tamu yang menginap di hotel pada tahun 2014
sebanyak 1,8 juta orang yang terdiri dari 1,6 juta wisatawan domestik dan 0,2
juta wisatawan mancanegara.
Potensi-potensi yang terserak
tersebut harus mampu dimanfaatkan sebagai peluang guna meningkatkan pertumbuhan
ekonomi di Propinsi Banten. Sedangkan untuk mendukung proses pembangunan
ekonomi, salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah melalui Badan Pusat
Statistik (BPS) adalah dengan melakukan Sensus Ekonomi 2016 guna memetakan struktur
perekonomian menurut jenis usaha. Selain itu juga berguna untuk mengetahui daya
saing bisnis di Indonesia bagi para pelaku usaha. Atas dasar itulah sangat diharapkan
partisipasi dari seluruh pelaku usaha di seluruh bidang ekonomi. Harapannya
data yang dihasilkan akan mampu menjadi dasar yang kuat dan akurat dalam
pengambilan kebijakan pembangunan ekonomi di Indonesia.
Dimuat di harian Banten Raya, 20
Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar