Halaman

Jumat, 22 Januari 2016

Peluang Ekonomi Banten 2016


Tahun 2016 merupakan tahun yang penuh peluang bagi perekonomian Indonesia, tidak terkecuali bagi Propinsi Banten. Mulai tahun 2016 ini juga diperlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA) sehingga menghadirkan peluang pasar yang besar bagi masyarakat di negara-negara ASEAN. Peluang pasar yang besar ini harus ditangkap guna meningkatkan perekonomian lokal maupun nasional.
Sebagai daerah yang dekat dengan ibukota negara, maka sangat memungkinkan Banten menjadi kekuatan penyangga bagi ibukota Jakarta. Didukung dengan fasilitas seperti pelabuhan Merak dan Cigading, Bandara internasional Soekarno-Hatta, jalan tol Jakarta-Merak hingga akses ke pelabuhan Tanjung Priok yang semakin mudah, menjadikan Banten sebagai tujuan investasi bagi pemilik modal baik dalam maupun luar negeri. Hal ini terlihat pada nilai investasi baru yang ditanamkan di Propinsi Banten pada tahun 2014 sebesar 2,0 Miliar USD dari pemilik modal asing dan 8,081 Triliun Rupiah dari pemilik modal dalam negeri.
Propinsi Banten sebagai salah satu kekuatan ekonomi Indonesia, menyumbang perekonomian nasional sebesar 4,04 persen atau mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya dengan kontribusi sebesar 3,95 persen. Selain itu pertumbuhan ekonomi Banten pada tahun 2014 sebesar 5,47 persen dan berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional, menjadikan Banten memiliki potensi ekonomi yang menjanjikan. Capaian kinerja ekonomi tersebut menjadi peluang bagi Banten untuk menarik lebih banyak investor guna menanamkan modalnya di Banten. Harapannya dengan iklim usaha yang semakin kondusif, akan semakin banyak investor yang menanamkan modalnya, sehingga akan meningkatkan perekonomian yang pada akhirnya akan mensejahterakan penduduk Banten.
Perekonomian Banten yang sebagian besar ditopang oleh sektor industri pengolahan, sangat membutuhkan investasi guna melakukan ekspansi dan meningkatkan produksi manufakturnya. Karena industri manufaktur di Banten berorientasi ekspor, maka sangat tergantung oleh perekonomian global terutama perekonomian negara-negara tujuan ekspor. Dengan diberlakukannya MEA ini, harapannya produk manufaktur Banten akan mampu bersaing sehingga akan memperluas pemasaran yang pada akhirnya akan meningkatkan permintaan dan produksi. Jangan sampai jumlah penduduk yang besar ini hanya sebagai target pemasaran bagi produk-produk impor yang membanjiri Indonesia.
Meningkatnya permintaan ekspor secara makro akan meningkatkan surplus neraca perdagangan dan secara mikro akan meningkatkan kesejahteraan penduduk. Karena dengan meningkatnya permintaan produk, akan meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi Banten, menyerap tenaga kerja, menggerakkan sektor ekonomi yang lain yang pada akhirnya akan meningkatkan daya beli masyarakat.
Jika sektor industri manufaktur di Banten lebih berorientasi pada pasar internasional, lalu bagaimana dengan peluang pasar dalam negeri sendiri? Dengan jumlah penduduk mencapai 12 juta jiwa, dan dengan jumlah kelas menengah yang semakin banyak, maka sangat memungkinkan Banten menjadi wilayah yang pertumbuhannya sangat cepat. Dengan dukungan Sumber Daya Manusia yang cukup tinggi, yang ditandai dengan Indeks Pembangunan Manusia mencapai 69,89 atau peringkat 8 di Indonesia, sangat memungkinkan bagi Propinsi Banten untuk bersaing dengan propinsi lain di Indonesia.
Selain itu, kesejahteraan penduduk di Propinsi Banten juga mengalami peningkatan dari tahun ke tahun. Hal ini terlihat dari meningkatnya proporsi pengeluaran untuk non makanan. Jika pada tahun 2013 proporsi pengeluaran untuk non makanan sebesar 52,30 persen, pada tahun 2014 proporsi pengeluaran untuk non makanan meningkat menjadi 54,60 persen. Asumsinya dengan meningkatnya pengeluaran non makanan, berarti kebutuhan pangan penduduk Banten sudah terpenuhi bahkan kebutuhan non makanan semakin mampu dibeli dengan proporsi semakin besar. Dengan terpenuhinya kebutuhan makanan, maka waktu, tenaga, dan pikiran dari penduduk Banten bisa dioptimalkan untuk berpikir kreatif dan produktif guna mengembangkan potensi ekonomi yang dimiliki oleh masyarakat.
Selain potensi sumber daya manusia, sektor lain yang memiliki peluang besar dalam perekonomian Banten adalah sektor pariwisata. Banten merupakan salah satu propinsi yang memiliki daya tarik wisata pantai, wisata budaya, hingga wisata religi yang menjadikan Propinsi Banten sebagai tujuan wisata bagi turis domestik maupun mancanegara.
Terlebih lagi pemerintah telah menetapkan 10 destinasi wisata yang menjadi prioritas pengembangan pada tahun 2016, dan salah satunya adalah Tanjung Lesung yang terletak di Propinsi Banten. Tanjung Lesung menjadi prioritas utama destinasi pariwisata merupakan peluang bagi Propinsi Banten  untuk mengoptimalkan potensi yang ada. Potensi besar di bidang pariwisata yang dimiliki oleh Banten ini harus dibarengi dengan pembangunan fasilitas yang mendukung. Sehingga dengan kemudahan dan kenyamanan yang ditawarkan akan semakin menarik minat wisatawan untuk berkunjung ke Banten. Pengembangan kawasan wisata Tanjung Lesung dan kawasan wisata lainnya secara otomatis akan meningkatkan perekonomian Banten sehingga kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar kawasan wisata juga akan meningkat. Karena dengan berkembangnya sektor pariwisata, maka akan menggerakkan sektor ekonomi lain seperti penginapan/hotel, penyediaan makan minum/restoran, transportasi hingga usaha kecil yang dikelola oleh masyarakat.
Pada tahun 2014 pertumbuhan sektor jasa akomodasi dan makan minum mengalami pertumbuhan sebesar  11,81 persen, jauh lebih cepat jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 3,89 persen. Hal ini juga terlihat dari jumlah tamu yang menginap di hotel pada tahun 2014 sebanyak 1,8 juta orang yang terdiri dari 1,6 juta wisatawan domestik dan 0,2 juta wisatawan mancanegara.

Potensi-potensi yang terserak tersebut harus mampu dimanfaatkan sebagai peluang guna meningkatkan pertumbuhan ekonomi di Propinsi Banten. Sedangkan untuk mendukung proses pembangunan ekonomi, salah satu langkah yang dilakukan oleh pemerintah melalui Badan Pusat Statistik (BPS) adalah dengan melakukan Sensus Ekonomi 2016 guna memetakan struktur perekonomian menurut jenis usaha. Selain itu juga berguna untuk mengetahui daya saing bisnis di Indonesia bagi para pelaku usaha. Atas dasar itulah sangat diharapkan partisipasi dari seluruh pelaku usaha di seluruh bidang ekonomi. Harapannya data yang dihasilkan akan mampu menjadi dasar yang kuat dan akurat dalam pengambilan kebijakan pembangunan ekonomi di Indonesia. 
Dimuat di harian Banten Raya, 20 Januari 2016 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#139 Kemiskinan Dalam Tekanan Inflasi

Tren penurunan jumlah penduduk miskin pasca pandemi sedikit terganggu dengan lonjakan inflasi yang terjadi pada akhir tahun 2022. Hal ini di...