Tahun
2016 merupakan tahun yang penuh dengan peluang dan tantangan dalam bidang
ekonomi. Pada tahun ini pula diberlakukan Masyarakat Ekonomi Asean (MEA),
sehingga memungkinkan perdagangan antar negara-negara ASEAN semakin bebas dan
terbuka. Baik itu perdagangan barang, jasa, maupun tenaga kerja.
Banten
sebagai sebuah propinsi yang baru berumur 15 tahun, merupakan salah satu
kekuatan ekonomi nasional yang perlu mendapat perhatian. Pertumbuhan ekonomi Banten
pada tahun 2014 sebesar 5,47 persen berada diatas pertumbuhan ekonomi nasional yang
tumbuh sebesar 5,02 persen. Selain itu sumbangan perekonomian Banten dalam
membentuk perekonomian nasional juga mengalami peningkatan menjadi 4,04 persen
setelah pada tahun sebelumnya kontribusinya sebesar 3,95 persen. Sedangkan jika
dibandingkan dengan propinsi lain di Pulau Jawa, perekonomian Banten pada
triwulan II tahun 2015 mengalami pertumbuhan paling cepat, yaitu sebesar 5,26
persen dan diatas Propinsi Jawa Timur yang tumbuh sebesar 5,25 persen. Capaian
kinerja perekonomian pada tahun 2015 ini harus menjadi modal dalam meningkatkan
perekonomian Banten pada tahun 2016. Untuk meningkatkan kinerja perekonomian maka
harus memberikan perhatian pada sektor-sektor ekonomi yang potensial dan yang
memiliki sumbangan besar dalam membentuk perekonomian Banten.
Untuk
mengetahui potensi perekonomian suatu daerah dapat dilihat dari struktur
perekonomian dari Pendapatan domestik Regional Bruto (PDRB). Selama lima tahun terakhir tidak terjadi
pergeseran struktur perekonomian di Propinsi
Banten, dimana sektor industri pengolahan menjadi penopang terbesar dari
perekonomian propinsi Banten dengan kontribusi sebesar 34,23 persen dalam membentuk
perekonomian. Sektor lain yang memberikan sumbangan besar dalam membentuk
perekonomian Banten adalah sektor perdagangan besar dan eceran dengan
kontribusi sebesar 11,18 persen, sektor kontruksi 9,77 persen, dan sektor
transpotasi pergudangan 9,33 persen.
Sektor Industri
Pengolahan
Sektor
industri pengolahan sebagai kekuatan besar perekonomian di Banten mengalami
penurunan kontribusi dalam lima tahun terakhir dari 39,71 persen pada tahun
2010 menjadi 34,23 persen pada tahun 2014. Penurunan peranan ini disebabkan
oleh perlambatan pertumbuhan ekonomi pada sektor industri pengolahan pada tahun
2014 sebesar 0,23 persen atau lebih lambat jika dibandingkan dengan tahun 2013
yang pertumbuhannya mencapai 8,98 persen. Perlambatan ini diakibatkan oleh menurunnya
permintaan produksi manufaktur dari luar negeri, mengingat bahwa industri
pengolahan di Banten berorientasi pada ekspor. Menurunnya permintaan ini
sebagai akibat dari perlambatan ekonomi global di negara-negara tujuan ekspor
dan pelemahan nilai tukar rupiah. Pelemahan nilai tukar rupiah menyebabkan
meningkatnya nilai impor barang modal, apalagi karakteristik industri
manufaktur di Banten bahan bakunya diimpor dari luar negeri. Penurunan
permintaan ini terlihat dari nilai ekspor yang mengalami penurunan dari 12,3 Miliar
USD pada tahun 2013 menjadi 12,2 Miliar USD pada tahun 2014.
Untuk
tahun 2016 ini, kinerja sektor industri pengolahan masih sangat tergantung pada
kondisi pasar global. Dengan membaiknya perekonomian di negara tujuan ekspor
seperti Amerika dan China, harapannya akan kembali meningkatkan permintaan
produk manufaktur Banten sehingga akan meningkatkan kembali ekspor. Selain itu
kepastian The Fed pada Desember lalu dalam menaikkan suku bunga acuan, diharapkan
mampu menjaga kestabilan nilai tukar rupiah sehingga tidak mengganggu kinerja
impor barang modal. Namun jika perekonomian dunia masih tidak stabil, kemungkinan
terjadinya defisit neraca perdagangan Banten masih akan berlanjut pada tahun
2016.
Sektor Pertanian
Sektor
lain yang harus menjadi perhatian utama pada tahun 2016 adalah sektor
pertanian. Sektor pertanian di Propinsi Banten kontribusinya dalam membentuk
perekonomian sebesar 6,54 persen atau mengalami peningkatan jika dibandingkan
dengan kontribusinya pada tahun 2010 yang nilainya sebesar 6,17 persen.
Meskipun sumbangan sektor pertanian dalam menopang perekonomian Banten tidak
besar, namun sektor ini sangat potensial, mengingat hasil produksi pertanian
merupakan kebutuhan pokok masyarakat. Pada tahun 2016, kinerja sektor pertanian
harus lebih ditingkatkan setelah pada tahun 2015 pertanian Banten dihantam El Nino
(kekeringan) yang mengakibatkan perlambatan pertumbuhan produksi. Dengan upaya
khusus yang tengah dilakukan oleh jajaran dinas pertanian dan jika El Nino pada
tahun 2016 tidak sekuat tahun 2015 maka diperkirakan produksi padi pada tahun
2016 akan meningkat melebihi peningkatan produksi padi pada tahun 2015 yang nilainya
sebesar 0,3 juta ton.
Sektor
Pariwisata
Sektor
ekonomi potensial lainnya di Propinsi Banten adalah sektor pariwisata. Banten
merupakan salah satu propinsi di Indonesia yang memiliki potensi untuk menjadi
tujuan wisata, mulai dari wisata pantai, wisata alam, wisata budaya, hingga
wisata religi. Keindahan pantai di pesisir Banten dipadu dengan wisata budaya
adat Baduy, dan wisata religi di kawasan Banten Lama, menjadikan Propinsi
Banten memiliki pesona yang memikat bagi para wisatawan baik dari dalam maupun
dari luar negeri.
Pada
tahun 2016 pemerintah telah menetapkan 10 destinasi wisata yang menjadi
prioritas pengembangan, dan salah satunya adalah Tanjung Lesung yang terletak di
Propinsi Banten. Masuknya Tanjung Lesung menjadi prioritas utama destinasi
pariwisata merupakan tantangan sekaligus peluang bagi Propinsi Banten untuk mengoptimalkan potensi yang ada. Potensi
besar di bidang pariwisata yang dimiliki oleh Banten ini harus dibarengi dengan
pembangunan akses jalan dan fasilitas yang mumpuni. Sehingga dengan kemudahan
dan kenyamanan yang ditawarkan akan semakin menarik minat wisatawan untuk
berkunjung ke Banten. Pengembangan kawasan wisata Tanjung Lesung dan kawasan
wisata lainnya secara otomatis akan meningkatkan perekonomian Banten sehingga
kesejahteraan masyarakat khususnya disekitar kawasan wisata juga akan meningkat.
Sektor
yang akan terdampak dari meningkatknya kunjungan wisatawan adalah sektor
akomodasi (hotel/penginapan) dan penyediaan makan minum/restoran. Pada tahun
2014 pertumbuhan sektor jasa akomodasi dan makan minum mengalami pertumbuhan
sebesar 11,81 persen, jauh lebih cepat
jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya yang hanya tumbuh sebesar 3,89
persen. Hal ini juga terlihat dari jumlah tamu yang menginap di hotel pada
tahun 2014 sebanyak 1,8 juta orang yang terdiri dari 1,6 juta wisatawan
domestik dan 0,2 juta wisatawan mancanegara. Dan pada tahun 2016 ini
diperkirakan pertumbuhan ekonomi di sektor pariwisata dan sektor akomodasi
serta rumah makan/restoran akan mengalami peningkatan lebih tinggi seiring dengan perbaikan dan
pengembangan kawasan wisata di Banten.
Dimuat di harian Radar Banten, 9
Januari 2016
Tidak ada komentar:
Posting Komentar