Halaman

Kamis, 12 November 2015

Setahun Kinerja Pemerintah Dalam Angka


Dimuat di Kabar Banten, 11 November 2015

Masih hangat dalam ingatan publik, proses pelantikan Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla (Jokowi-JK) di Istana Negara pada 20 Oktober 2014 atau setahun lalu disambut dengan suka cita dan dihadiri hampir sejuta orang. Jutaan rakyat Indonesia  menaruh harapan besar  akan ada perbaikan ekonomi dan kesejahteraan rakyat pada era pemerintahan Jokowi-JK. Untuk mewujudkan harapan rakyat tersebut, pasangan presiden Joko Widodo-Jusuf Kalla merancang agenda prioritas yang disebut nawa cita untuk menunjukkan prioritas jalan perubahan menuju Indonesia yang berdaulat secara politik, serta mandiri dalam bidang ekonomi dan berkepribadian dalam kebudayaan.  Salah satu dari nawacita adalah peningkatan kesejahteraan masyarakat dengan program "Indonesia Kerja" dan Mewujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor strategis ekonomi domestik. Setelah satu tahun pemerintahan Presiden Jokowi, kita akan melihat bagaimana capaian kinerja berdasarkan nawa cita yang telah disusun tersebut.

Data statistik merupakan salah satu instrumen yang dapat digunakan untuk evaluasi dan penilaian secara obyektif.  Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) pertumbuhan ekonomi pada triwulan II tahun 2015 sebesar 4,67 persen. Artinya dalam setahun dari triwulan II 2014 sampai dengan triwulan II tahun 2015 perekonomian di Indonesia tumbuh sebesar 4,67 persen. Jika dibandingkan pada triwulan yang sama pada periode sebelumnya (tahun 2014 era pemerintahan Presiden SBY), pertumbuhan ekonomi triwulan II tahun 2015 lebih lambat 0.31 persen.
Pertumbuhan ekonomi pada triwulan II didorong oleh hampir semua lapangan usaha, dimana pertumbuhan tertinggi dicapai oleh jasa pendidikan yang tumbuh 12,16 persen. Pertumbuhan ekonomi tersebut juga dibarengi dengan meningkatnya jumlah angkatan kerja. Pada bulan Februari 2015, jumlah angkatan kerja di Indonesia sebanyak 128,3 juta orang atau bertambah 6,4 juta orang dibanding dengan kondisi pada bulan Agustus 2015. Sedangkan untuk tingkat pengangguran, dalam 6 bulan pertama pemerintahan Jokowi-JK mampu menurunkan jumlah pengangguran terbuka dari 5,94 persen pada Agustus 2014 menjadi 5,81 persen pada bulan Februari tahun 2015. Namun kondisi berbeda terjadi pada enam bulan kedua pemerintahan Jokowi-JK, hal ini disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah dan perlambatan laju pertumbuhan ekonomi sehingga memungkinkan terjadinya peningkatan jumlah pengangguran terbuka di Indonesia.
Selama setahun pemerintahan Jokowi-JK, rupiah terdepresiasi atau mengalami pelemahan nilai tukar terhadap dolar Amerika Serikat sebesar 13,64 persen.  Padahal sesaat setelah pasangan Jokowi-JK dilantik menjadi presiden ketujuh Indonesia, rupiah mengalami penguatan pada level Rp. 12.011,- per dolar Amerika. Namun seiring berjalannya waktu,nilai tukar rupiah mengalami fluktuasi hingga mencapai level Rp. 13.638 pada bulan Oktober 2015. Bahkan pada bulan September 2015 nilai tukar rupiah rupiah sempat menyentuh angka Rp. 14.713 per dolar AS.
Pelemahan rupiah ini selain mendorong terjadinya perlambatan pertumbuhan ekonomi, juga mengakibatkan inflasi harga barang di pasaran. Inflasi year on year pada bulan September sebesar 6,33 persen atau lebih tinggi jika dibandingkan inflasi year on year bulan September tahun 2014 yang nilainya sebesar 4,53 persen. Kenaikan harga ini terjadi juga pada barang kebutuhan pokok seperti beras. Selama setahun terakhir terjadi kenaikan harga eceran beras sebesar 12,26 persen dari rata-rata Rp. 11.552,- per kilogram pada bulan Oktober 2014 menjadi rata-rata Rp. 12.968,- per kilogram pada bulan Oktober 2015. Kenaikan harga barang kebutuhan pokok dan harga kebutuhan lain, menyebabkan daya beli masyarakat menurun sehingga secara tidak langsung menyebabkan jumlah penduduk miskin di Indonesia bertambah. Pada bulan Maret 2015 jumlah penduduk miskin di Indonesia sebanyak 28,59 juta jiwa (11,22 persen) atau bertambah 0,86 juta orang jika dibandingkan dengan jumlah penduduk miskin pada bulan September 2014 yang jumlahnya sebanyak 27,73 juta jiwa (10,96 persen). Peningkatan jumlah penduduk miskin ini terjadi merata di seluruh propinsi di Indonesia.
Ditengah kondisi perekonomian yang kurang memuaskan diatas, ada berkah tersendiri bagi para petani di pedesaaan. Sejalan dengan kenaikan harga barang kebutuhan lain, terjadi pula kenaikan harga gabah kering giling. Dalam setahun terakhir rata-rata harga gabah kering giling di tingkat petani mengalami peningkatan sebesar 7,18 persen dari Rp.4.445,-/kg pada bulan Oktober 2014 menjadi Rp. 4.764,-/kg pada bulan Oktober 2015. Kenaikan harga gabah ini sedikit banyak meningkatkan kesejahteraan petani di pedesaan. Hal ini terlihat pada Nilai Tukar Petani (NTP) pada Bulan September 2015 yang nilainya sebesar 102,33. NTP merupakan salah satu indikator untuk melihat tingkat/daya beli petani di pedesaan. Dengan NTP diatas 100 berarti petani mengalami surplus, dimana harga produksi naik lebih besar dari kenaikan harga konsumsinya sehingga pendapatan petani naik lebih besar dari pengeluarannya.
Kabar menggembirakan lainnya datang dari sektor pariwisata di Indonesia. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) jumlah kunjungan wisatawan mancanegara pada bulan Januari – Agustus tahun 2015 sebesar 6,32 juta kunjungan atau mengalami peningkatan 2,71 persen jika dibandingkan pada periode yang sama tahun 2014 yang tercatat sebanyak 6,16 juta kunjungan. Dilihat dari kedatangan Wisatawan mancanegara, paling banyak wisatawan yang masuk melalui pintu imigrasi Bandara Ngurah Rai disusul kemudian melalui pintu masuk imigrasi Bandara Soekarno Hatta. Harapannya kondisi yang kondusif seperti sekarang bisa dipertahankan sehingga mampu menarik lebih banyak wisatawan untuk berkunjung, yang pada akhirnya akan menggerakkan perekonomian di Indonesia.
Mencermati angka-angka statistik di atas semoga menjadi bahan evaluasi bagi pemerintahan Jokowi-JK dalam merencanakan pembangunan dan menjadi dasar bagi paket kebijakan selanjutnya. Sehingga pemerintahan yang baru berumur satu tahun ini mampu membawa bangsa ini menjadi lebih sejahtera dan mandiri secara ekonomi seperti yang diharapkan oleh jutaan rakyat Indonesia. Semoga!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

#139 Kemiskinan Dalam Tekanan Inflasi

Tren penurunan jumlah penduduk miskin pasca pandemi sedikit terganggu dengan lonjakan inflasi yang terjadi pada akhir tahun 2022. Hal ini di...